Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Menkeu Bambang Brodjonegoro (kedua kanan) dan Menkominfo Rudiantara (kiri) melakukan peninjauan ke salah satu gudang usai meresmikan secara simbolis 11 Pusat Logistik Berikat (PLB) di Indonesia di Kawasan Industri Krida Bahari, Cakung, Jakarta Utara, Kamis (10/3). Keberadaan PLB ini merupakan realisasi dari Paket Kebijakan Ekonomi jilid II yang diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional, mempercepat waktu bongkar muat (dwelling time) di pelabuhan serta mampu menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/foc/16.

Jakarta, Aktual.com — Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kinerja logistik Indonesia ditandai dengan penetapan 11 pusat logistik berikat di seluruh Indonesia.

Pusat Logistik Berikat ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing investasi Indonesia yang saat ini harus bersaing dengan negara-negara Asia Tenggara.

Berdasarkan Logistic Performance Index tahun 2014 yang dirilis oleh Bank Dunia, kinerja logistik Indonesia berada jauh di bawah Singapura dan Malaysia, bahkan di bawah Thailand dan Vietnam.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyampaikan bahwa rata-rata waktu proses ekspor dan impor di Indonesia mencapai 3,5 hari. Sementara, di Singapura hanya 2 hari dan di Vietnam hanya 1 hari.

“Di Indonesia, proses tersebut membutuhkan biaya US$ 573. Sementara biaya di Singapura hanya setengahnya. Bahkan di Vietnam, biaya ini hanya 45% dari Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Senin (4/4).

Data Bank Dunia lainnya, yaitu Ease of Doing Business 2015, menunjukkan hal yang serupa. Dalam indikator perdagangan lintas negara yang menilai kinerja prosedur ekspor dan impor, Indonesia berada di peringkat ketujuh di ASEAN.

Franky menilai bahwa hal ini yang menjadi alasan mengapa Pusat Logistik Berikat (PLB) sangat krusial bagi daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi, dan juga untuk kepentingan nasional.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta