Jakarta, aktual.com – Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 hanya akan berada di angka 4,7%, berada di bawah target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,2% dari pemerintah. Dua mesin ekonomi yang disarankan supaya dapat terus dipacu yaitu sektor konsumsi rumah tangga dan investasi.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan lebih rendah dari target karena perekonomian global juga sedang mengalami tekanan. Oleh karena itu, pemerintah harus menggenjot sumber pertumbuhan ekonomi yaitu konsumsi dan investasi.
Menurut dia, dengan adanya tekanan perekonomian global akibat penerapan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara justru menjadi peluang bagi Indonesia. Pasalnya, hal ini bisa menarik minat investor asing agar mau berinvestasi di Indonesia, sehingga harus disokong oleh kesiapan regulasi yang bisa memberi kepastian.
“Dalam pelaksanaan MBG (Makan Bergizi Gratis), ada investor yang ingin membangun pabrik susu di Indonesia. Namun mereka butuh kepastian. Apa iya MBG ini berlanjut? Jadi mesti ada kepastian arah kebijakan pemerintah. Kalau memang arahnya ke MBG, terus kesehatan, itu yang didorong untuk investasi ya kan? Atau memang mau infrastruktur?” ucap Aviliani saat di sela-sela acara Kick Off ISEI Young Economist Festival 2025 di Griya Perbanas pada Rabu (11/6/2025).
Investasi juga disokong oleh peran BUMN dalam menjalankan program pembangunan. Namun Aviliani mengingatkan bahwa BUMN juga mesti disiplin dalam menyelesaikan kredit yang telah diajukan ke bank. Saat utang ke bank dilunasi, maka BUMN bisa mencari pembiayaan lagi untuk menjalankan program pembangunan lebih lanjut.
Untuk konsumsi rumah tangga, Aviliani berpendapat kinerja konsumsi masyarakat rumah tangga masyarakat menengah ke atas masih tetap terjaga. Langkah pemerintah menjalankan paket kebijakan stimulus pada kuartal II-2025 ini dinilai belum memberikan daya dorong maksimal ke perekonomian nasional.