Teheran, Aktual.com – Perang Iran versus Israel sudah memasuki hari ketujuh dan masih terus terjadi aksi saling serang antar kedua negara. Kali ini, di saat militer Iran meluncurkan serangan rudal gelombang ke-12 sepanjang Rabu malam (18/6) hingga Kamis dini hari (19/6), militer Israel juga menyerang berbagai lokasi strategis reaktor nuklir Iran.
Dilansir dari Times of Israel, Angkatan Udara Israel mengebom reaktor air berat di Kota Arak, Iran pada Kamis pagi (19/6), bersamaan dengan serangan terhadap fasilitas pengayaan uranium Natanz dan berbagai fasilitas nuklir lainnya.
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF), gelombang serangan itu melibatkan 40 jet tempur yang menjatuhkan 100 amunisi (rudal) ke puluhan fasilitas militer Iran di Teheran dan wilayah lain di Iran. IDF mengeluarkan peringatan sebelum serangan terhadap reaktor Arak dan mendesak penduduk di daerah sekitar untuk mengungsi.
Menurut IDF, reaktor air berat tersebut sebenarnya berstatus tidak aktif, dan belum pernah beroperasi secara penuh sejak pembangunan dimulai pada 1997. Namun, meski dinyatakan non aktif, reaktor ini tetap dipandang sebagai ’komponen utama produksi plutonium—bahan baku penting dalam pembuatan senjata nuklir.
Menurut IDF, Sasaran utama serangan diarahkan pada bangunan penahan (containment building), yang dinilai memiliki peran kunci dalam potensi pengayaan plutonium tingkat tinggi. ”Pembangunan reaktor tersebut dimulai pada 1997, tetapi tidak pernah rampung karena intervensi komunitas internasional,” kata IDF. ”Serangan ini diarahkan ke bagian reaktor yang ditujukan bagi produksi plutonium, sehingga mencegah kemampuan penggunaannya kembali untuk pembuatan senjata nuklir,” tegas militer Israel.
Militer Israel juga melaporkan pihaknya menyerang lokasi lain di sekitar Natanz yang digambarkannya terkait dengan program nuklir Iran. ”Serangan itu menargetkan komponen yang dimaksudkan untuk produksi plutonium, untuk mencegah reaktor dipulihkan dan digunakan untuk pengembangan senjata nuklir,” demikian pernyataan IDF.
Sedangkan dikutip dari Al Jazeera, militer Israel mengatakan serangan itu secara khusus menargetkan struktur segel inti reaktor, yang merupakan komponen kunci dalam produksi plutonium.
Sementara itu, televisi pemerintah Iran mengumumkan ”tidak ada bahaya radiasi apa pun” dari serangan di lokasi Arak. Seorang reporter televisi pemerintah Iran, yang berbicara langsung di kota Khondab di dekatnya, mengatakan fasilitas tersebut telah dievakuasi dan tidak ada kerusakan pada warga sipil di sekitar reaktor.
Untuk diketahui, reaktor air berat menimbulkan risiko proliferasi nuklir karena dapat dengan mudah menghasilkan plutonium, atau uranium yang diperkaya, dan dapat digunakan untuk membuat inti bom atom.
Terkait serangan ke situs nuklir Natanz yang digunakan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, IDF mengatakan : ”Situs tersebut menampung komponen dan peralatan unik yang digunakan untuk pengembangan senjata nuklir, dan menjadi tuan rumah bagi proyek-proyek yang memungkinkan percepatan program senjata nuklir.”
Selain reaktor nuklir air berat di Kota Arak, dan situs nuklir Natanz, IDF juga menyerang fasilitas nuklir di Bushehr dan Isfahan. Reaktor nuklir Bushehr sendiri merupakan lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir sipil utama, yang dibangun dan dioperasikan dengan bantuan Rusia. Reaktor Bushehr-1, yang dibangun oleh Rosatom, telah beroperasi sejak 2013 dan berada di bawah pengawasan IAEA. Reaktor tambahan di lokasi tersebut juga sedang dikembangkan oleh Rosatom.
CEO Rosatom, Alexey Likhachev telah mengeluarkan peringatan keras pada Kamis (19/6). Ia mengatakan : ”Jika pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr di Iran diserang, bencana yang diakibatkannya akan setara dengan Chernobyl — hal ini tidak boleh dibiarkan.”
Selain itu, IDF juga dilaporkan menyerang pabrik bahan mentah, komponen perakitan rudal balistik, sistem pertahanan udara, lokasi penyimpanan rudal, radar, serta sejumlah titik militer lainnya yang tersebar di berbagai wilayah Iran. Dilaporkan juga, kalau ledakan besar terjadi di Kota Isfahan, Kota Shiraz, dan Kota Kermanshah pada Kamis dini hari (19/6), kantor berita Iran International yang berbasis di Washington melaporkan.

Gedung Bursa Efek Tel Aviv Dihajar Rudal Iran
Sementara itu, di saat yang sama, militer Iran menargetkan puluhan lokasi strategis militer Israel dengan meluncurkan puluhan rudal balistik canggih yang dapat ”mengecoh” sistem pertahanan canggih udara Israel, seperti Iron Dome, Arrow 3, dan David Sling.
Rudal-rudal canggih Iran, seperti rudal Sejjil, rudal Shahab, dan rudal Fattah diluncurkan dari berbagai lokasi di Iran barat, dan hampir seluruhnya mengenai sasaran. Diantaranya, markas komando militer dan intelijen di kawasan Bersyeba, Kota Negev, Israel, yang bersebelahan dengan Rumah Sakit Soroka, dan gedung Bursa Efek Israel di Kota Tel Aviv.
Dilaporkan Al Jazeera dan media regional lainnya, bursa saham Israel itu dilaporkan mengalami kerusakan besar. Namun, mengutip Money Control, walau pusat keuangan tersebut terkena serangan langsung, operasi perdagangan disebut tetap tidak terpengaruh.
Untuk diketahui, Bursa Efek Tel Aviv (TASE) berdiri pada tahun 1953, dan merupakan bursa efek utama Israel, yang berlokasi di Tel Aviv-Yafo. Saat ini, bursa tersebut mencatat lebih dari 470 ekuitas, 900 seri obligasi korporasi, lebih dari 200 seri obligasi pemerintah, serta 1.200 reksadana. Pasar ini memiliki total kapitalisasi sekitar 216 miliar dolar AS dalam bentuk ekuitas dan 196 miliar dolar AS dalam bentuk obligasi.
Dari berbagai rekaman video yang beredar di media sosial, tampak asap tebal mengepul dari kompleks gedung TASE dan kaca-kaca gedung yang pecah akibat ledakan dari dampak rudal tersebut. Namun pemerintah Israel belum berkomentar terkait rudal Iran yang menghantam gedung itu. Namun seorang pejabat militer Israel, secara anonim mengatakan kepada AFP, bahwa hingga hari ketujuh perang, Iran telah menembakkan sekitar 400 rudal balistik dan 1.000 drone.
(Indra Bonaparte)