Bandung, Aktual.com — Isu reshufle kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo cukup berdampak terhadap sektor pasar perumahan di Indonesia, kata Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jabar Irfan Firmansyah di Bandung, Selasa (14/7).

“Pasar perumahan di Indonesia masih lesu hingga triwulan kedua ini, namun seiring isu reshufle ada respon yang diharapkan bisa positif dan optimitis untuk sektor perumahan,” kata Irfan Firmansyah.

Ia menyebutkan, isu reshufle gencar didengungkan dalam beberapa pekan terakhir ini. Pemerintah berjanji melakukan reshuffle kabinat dan menggenjot belanja pemerintah.

Apabila terjadi re-shuffle kata dia hal itu berefek pada meningkatnya kepercayaan masyarakat. Dan upaya menggenjot dana belanja pemerintah, mendorong perputaran uang bertambah.

“Itu mendorong terciptanya aktivitas ekonomi yang lebih baik, termasuk untuk sektor perumahan. Konsumen berharap ada mekanisme yang lebih ringan untuk pembiayaan sektor ini,” kata Irfan.

Terkait kondisi pemasaran sektor perumahan, baik real estate maupun perumahan rakyat hingga awal triwulan ketiga pasar perumahan masih lesu. Indikasinya, masih banyak pihak yang menahan dana mengingat pemenuhan kebutuhan Idul Fitri yang bersamaan dengan tahun ajaran baru.

Namun ia sedikit optimiti kondisi pasar mulai membaik pada triwulan IV 2015. Ada beberapa hal yang menjadi harapan bergeraknya ekonomi, termasuk sektor perumahan, pada triwulan akhir tahun ini.

“Paling lambat, sektor properti kembali menggeliat pada awal 2016. Itu karena tahun ini, spending pemerintah ‘dipaksa’ keluar,” katanya.

Di sisi lain ada wacana pemanfaatan anggaran tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, anggaran akhir tahun, pencairannya awal tahun berikutnya. Untuk tahun ini, pencairannya akhir tahun sehingga perputaran uang lebih cepat.

Terkait Loan to Value (LTV) yang digulirkan pemerintah, Irfan mengatakan, sejauh ini, pihaknya belum melihat efeknya. Dalam kondisi normal, ucapnya, LTV memang dapat membantu penjualan namun LTV tidak dapat menggerakkan properti secara keseluruhan.

“Idealnya, program LTV diikuti oleh turunnya suku bunga. Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga. Kami harap, pemerintah dapat menurunkan suku bunga supaya seluruh sektor bergerak, termasuk properti dan perumahan,” katanya menambahkan.

Artikel ini ditulis oleh: