Motif Ulerati yang bermakna ulat kecil, selain memiliki karakter kuat, juga mengandung filosofi kecintaan masyarakat Tanimbar terhadap lingkungan hidup dan apresiasi terhadap metamorfosa yang dialami oleh ulat sebagai bagian dari proses alami kehidupan.

“Tenun Tanimbar yang terbuat dari bahan katun dan sutera dalam dominasi warna biru dikombinasi dengan warna perak dan abu-abu yang elegan. Saya memadukan motif Ulerati dari Tanimbar dengan gaya pakaian tradisional Jepang di fashion show ini.”

Motif itu berupa barisan ulat-ulat kecil menyerupai garis panjang menerapkan teknik pengerjaan yang terbilang sulit dan membutuhkan waktu cukup lama. Program Pengembangan Tenun ikat Tanimbar memiliki motif dan warna beragam, mayoritas berciri garis diselingi corak yang umumnya diadaptasi dari alam dan aktivitas sekitarnya.

Sayangnya, aktivitas menenun semakin banyak ditinggalkan seiring dengan anggapan bahwa tenun ikat tak lagi memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan. Akibatnya tenun Tanimbar terbilang kurang dikenal dibandingkan dengan tenun ikat dari daerah lain.

Sehubungan dengan itu, INPEX, perusahaan minyak dan gas Jepang yang beraktivitas di Tanimbar, tergerak membangkitkan kembali tradisi setempat melalui program investasi sosial atau Corporate Social Responsibility-nya dengan menggandeng desainer Wignyo Rahadi untuk melakukan revitalisasi terhadap tenun Tanimbar.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Wisnu