Jakarta, Aktual.co — Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi ini dibuka masih dalam jalur pelemahan. Pada perdagangan preopening IHSG turun 12,759 poin (0,25%) ke level 5.002,233. Sedangkan Indeks LQ45 melemah 3,250 poin (0,38%) ke level 860,182.
Mengawali perdagangan, Selasa (9/6/2015), IHSG dibuka berkurang 17,867 poin (0,36%) ke level 4.997,125. Indeks LQ45 dibuka mundur 5,207 poin (0,60%) ke level 858,225. Hingga pukul 9.05 waktu JATS, IHSG anjlok 47,095 pin (0,94%) ke level 4.967,897. Sementara Indeks LQ45 jatuh 11,043 poin (1,28%) ke level 851,342.
Pada perdagangan hari ini, Selasa (9/6) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan kembali tertekan.
“Diperkirakan bergerak dengan support di 4970 dan resisten di 5070,” kata Analis Research David Sutyanto dalam risetnya, Jakarta, Selasa (9/6).
Menurutnya, tekanan jual kembali melanda perdagangan saham menyusul meningkatnya kekhawatiran naiknya inflasi setelah rupiah kembali melemah mendekati level Rp13400 per US dolar. Sementara bursa saham zona Euro dan Wall Street tadi malam kembali tertekan. Koreksi di dua kawasan utama dunia tersebut terutama dipicu berlanjutnya kekhawatiran krisis utang Yunani dan ekspektasi kenaikan tingkat bunga The Fed yang memicu keluarnya dana dari aset beresiko.
“Perkembangan global yang kurang kondusif dan masih tingginya resiko pasar seiring dengan pelemahan rupiah atas dolar AS dan kenaikan inflasi ke depan membuat pasar saham beresiko,” jelasnya.
Ia menambahkan, IHSG kemarin tertekan hingga 85,58 poin (1,7%) di 5014,992. Koreksi IHSG kemarin turut diperburuk oleh sentimen kawasan Asia, setelah data ekspor-impor China Mei kembali mengalami penurunan.
“Impor China Mei lalu turun hingga 18,1% (yoy), penurunan untuk tujuh bulan berturut-turut. Sedangkan ekspor turun 2,8% (yoy), merupakan penurunan untuk tiga bulan berturut-turut,” ujarnya.
Selain itu, sambung dia, akibat meningkatnya kekhawatiran kenaikan tingkat bunga The Fed dan memburuknya perkembangan ekonomi domestik, telah memicu keluarnya arus dana global dari pasar keuangan Indonesia dan ini tercermin dari koreksi IHSG yang mencapai 4% (YTD). 

Artikel ini ditulis oleh: