Wamenkes Dante Saksono Harbuwono saat ditemui di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, pada Rabu (13/3/2024) menjelaskan bahwa pasien diabetes tetap bisa puasa asal mengatur waktu minum obat. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

Jakarta, Aktual.com – Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menekankan perlunya fokus pada tiga langkah penting dalam menangani penyakit ginjal kronis, yang pertama adalah deteksi dini serta tata laksana.

“Yang kedua, akses layanan kesehatan yang setara dan terapi baru sebagai hak semua orang,” kata Dante dalam “Ginjal Sehat untuk Semua” yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan di kanal YouTube resminya di Jakarta, Rabu (27/3).

Langkah ketiga adalah pemberdayaan pasien serta komunitas sebagai kunci pencegahan dan pengendalian penyakit ginjal kronis.

Dia mengutip Mahatma Gandhi, bahwa kesehatan adalah kekayaan yang sejati, bukan emas maupun perak. Menurutnya, kutipan tersebut juga berlaku untuk kesehatan ginjal, karena organ tersebut adalah salah satu aset terpenting manusia.

“Ginjal kita bisa bekerja tanpa lelah setiap hari untuk menyaring darah membuang sisa beracun dalam tubuh sesuatu fungsi vital yang memungkinkan kita menjalani hidup sehat dan produktif,” kata dia menjelaskan.

Dia menyoroti bahwa penyakit ginjal kronis telah menjadi pandemi global yang memengaruhi 850 juta orang di seluruh dunia, dan pada tahun 2019, menyebabkan 3,1 juta kematian.

Di Indonesia, lanjutnya, penyakit ginjal kronis menempati peringkat ke-10 dalam penyebab kematian tertinggi, dengan prevalensi hampir mencapai 750 ribu jiwa pada usia di atas 15 tahun.

“Menurut Riset Kesehatan Dasar, proporsi penduduk dengan kasus ginjal meningkat dari 0,2 persen pada tahun 2013 menjadi 0,4 persen pada tahun 2018,” ungkapnya.

Dia juga menyoroti bahwa penyakit ini memberikan beban pembiayaan yang besar. Merujuk pada BPJS, dia mencatat bahwa pada tahun 2023, pembiayaan penyakit ginjal kronis meningkat dari 2,1 triliun pada tahun 2022 menjadi 2,9 triliun pada tahun 2023.

“Bayangkan. 0,8 triliun, hampir 1 triliun dalam waktu 1 tahun,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa strategi Kementerian Kesehatan dalam menangani penyakit ini terwujud dalam transformasi kesehatan tahun 2021-2024, yang mencakup upaya promotif dan preventif seperti deteksi dini, penguatan layanan rujukan, peningkatan kapasitas dan kualitas tenaga kesehatan, serta pembangunan serta penguatan kemitraan.

Dalam kesempatan tersebut, Wamenkes mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pencegahan melalui media sosial, diskusi publik, dan kegiatan lainnya, sebagai langkah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang penyakit ini, serta untuk membangun komitmen bersama.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan

Tinggalkan Balasan