Surabaya, Aktual.com – Ketua Lembaga Survey regional (Lesure) Mufti Mubarok menyatakan isu suku agama ras dan antargolongan yang terjadi di Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tidak menutup kemungkinan merembet di Pilgub Jawa Timur.

Pasalnya, Jawa Timur yang merupakan basis kiai kultural dari Nahdlatul Ulama sudah mengalami pergeseran kultur.

“Apa pergeserannya, kalau dulu semua tunduk dengan apa yang dikatakan kiai sepuh sekarang tidak. Banyak kiai-kiai muda atau gus-gus sudah berani tidak taat,” katanya di Surabaya, Kamis (1/6).

Pergeseran kultur inilah yang kemungkinan akan menjadi celah atau rawan terjadinya isu SARA. Mufti membeberkan, saat ini popularitas Gus Ipul yang dari kalangan NU memang cukup siginifikan. Apalagi, Gus Ipul juga didukung 21 kiai asal Jatim.

Akan tetapi, hal itu tidak bisa dijadikan acuan. Sebab nama Khofifah Indar Parawansa yang merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU juga berpotensi memecah suara Nahdlatul Ulama di Jatim.

“Itulah yang saya katakan tadi. Meski ada 21 kiai sepuh yang menginginkan Gus Ipul maju di Pilgub Jatim, bukan berarti semua nahdliyin atau warga NU akan mendukungnya. Kiai sesepuh dengan kiai muda bisa tidak kompak.” lanjutnya.

Ditambahkan, kiai-kiai muda memang tidak menampakkan langsung saat tidak sepaham dengan perintah sesepuhnya. Tetapi, mereka lebih gencar melakukan tujuannya dengan menggunakan sosial media.

Mereka menggunakan sosial media sebab sarana itu diyakini menjadi senjata ampuh untuk menjaring atau menyasar pada target yang lebih banyak sasaran.

(Ahmad Budiawan)

Artikel ini ditulis oleh: