TKW asal Banyumas, Jawa Tengah, Shinta Danuar dikunjungi oleh politisi Partai Berkarya Titiek Soeharto di Taipei, Taiwan, Minggu (18/11). Shinta diketahui telah terkapar empat tahun akibat penyakit yang dialaminya. (AKTUAL/ ISTIMEWA)

Jakarta, Aktual.com – Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Banyumas, Shinta Danuar, diketahui telah terbaring lumpuh selama empat tahun di Taipei, Taiwan.

Hasrat ingin pulang sangatlah menggebu-gebu dalam diri perempuan itu. Setidaknya hal itu yang disampaikan saat Shinta dikunjungi oleh Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto di Rumah Sakit Hung Shih, Taipei, Taiwan, Minggu (18/11).

Didampingi Lieus Sungkharisma dan pejabat Kamar Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taiwan, Titiek berbincang banyak dengan Shinta dan Suryati, ibunya yang sudah lebih dulu berada di Taiwan.

“Sabar ya nak. Kuatkan hatimu,” katanya kepada Shinta.

Nasib Shinta yang terabaikan pun membuat Titiek menyoroti Badan Nasional Penempatan dan Perlidungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Ia meminta BNP2TKI untuk proaktif menangani kasus ini agar Shinta dapat segera kembali ke kampung halamannya usai terbaring bertahun-tahun di negeri orang.

“BNP2TKI harus cepat bertindak. Biar Shinta bisa betemu anaknya. Siapa tahu, dengan bertemu anak dan keluarganya bisa mempercepat kesembuhannya,” ujar anak ke-4 Presiden kedua RI Soeharto.

Di tempat yang sama, pejabat KDEI yang mendampingi Titiek mengatakan, selama ini KDEI Taiwan terus memantau dan mendampingi Shinta dalam perawatannya.

Dalam beberapa waktu belakangan, kondisi Shinta semakin membaik dan dapat pulang ke Indonesia.

Sementara itu, Pelaksana Harian Rumah Aspirasi, Lieus Sungkharisma menyebut, kedatangan Titiek ke Taiwan merupakan implementasi dari bentuk kepeduliannya terhadap para tenaga kerja migran Indonesia.

“Mbak Titiek sengaja datang untuk melihat langsung kondisi Shinta dan mencarikan jalan keluar bagi mengatasi penderitaan yang selama ini dialami Shinta,” ujar Lieus.

Ditambahkan Lieus, jika tidak ada aral melintang, Shinta dapat pulang ke tanah air pada Senin (19/11) atau selambat-lambatnya pada Selasa (20/11).

“Dengan perawatan di Indonesia, paling tidak dia bisa dekat dengan keluarga dan anaknya,” kata Lieus.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan