“Tidak ada faktor yang mempermudah munculnya pertumbuhan pesat maupun pengembangan berkelanjutan di sektor tambang,” kata badan National Peace and Development Framwork Afghanistan pada tahun lalu seperti yang dilansir Reuters, Senin (21/8).

Selain itu, sejumlah proyek besar seperti pertambangan tembaga Mes Aynak, yang dikembangkan oleh sebuah konsorsium China, masih mangkrak.

“Belum ada satupun aktivitas pertambangan yang sudah dijalankan dan masih sangat sedikit eksplorasi,” kata Leigh Fogelman, direktur Hannam & Partners di London, yang pemiliknya sudah lama berinvestasi di Afghanistan melalui perusahaan bernama Afghan Gold and Minerals Company.

AGMC memperoleh izin eksploitasi tembaga di Balkhab wilayah utara Afghanistan pada 2012 lalu. Di sisi lain, banyak kekayaan tambang itu, oleh ekonom dari Institute of Peace, William Byrd, menjadi ladang “penjarahan berskala industrial.” Banyak penambang kecil yang beroperasi di luar kontrol pemerintah. Mereka mengambil keuntungan dari para tokoh lokal dan merugikan negara dalam bentuk pajak tak-terbayar sebesar 300 juta dolar AS.

“Presiden Trump sangat tertarik dengan potensi ekonomi Afghanista. Kami menemukan cadangan baru tembaga, bijih besi, aluminum, emas, perak, merkuri, dan lithium senilai satu trilyun dolar AS,” kata Hamdullah Mohib selaku duta besar Afghanistan untuk Amerika Serikat.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu