Yerusalem, aktual.com — Seorang sumber diplomatik di Kawasan Teluk, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan kepada Media Line seperti dilansir Jerusalem Post, Sabtu (10/5/2025), bahwa “Presiden Trump akan mengeluarkan sebuah deklarasi terkait Negara Palestina dan Amerika akan mengakuinya, dan akan ada pendirian Negara Palestina tanpa kehadiran Hamas.”
Ia menambahkan bahwa jika pengumuman itu benar-benar terjadi, maka “itu akan menjadi deklarasi paling penting dan akan mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah, dan akan ada lebih banyak negara bergabung ke Abraham Accords.”
Donald Trump dijadwalkan melakukan tur kenegaraan ke Timur Tengah pekan depan, termasuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi Negara Teluk-AS. Pertemuan di Riyadh tersebut diprediksi akan menghasilkan kesepakatan besar, termasuk kemungkinan deklarasi resmi dari Trump. Namun, Raja Salman bin Abdulaziz tidak dijadwalkan hadir karena kondisi kesehatannya.
Sebelumnya, media The New Arab pada Jumat (9/5/2025) melansir laporan dari media Israel yang menyebut bahwa Trump mempertimbangkan mengumumkan rencana komprehensif terkait Jalur Gaza pada akhir pekan. Menurut Israel Hayom, rencana tersebut bertujuan mengakhiri 18 bulan agresi Israel dan menyertakan pengaturan politik serta keamanan di Gaza.
Rencana perdamaian itu dikatakan disusun langsung oleh Gedung Putih dengan dukungan sebagian pejabat Israel, meskipun bertentangan dengan kepentingan pemerintahan Benjamin Netanyahu. Jika benar terealisasi, proposal tersebut bisa meminggirkan posisi Netanyahu dan menimbulkan ketegangan politik dalam koalisi sayap kanannya.
Lebih lanjut, sumber Israel Hayom menyebut bahwa proposal itu mencakup jaminan keselamatan bagi para pemimpin Hamas serta partisipasi mereka dalam pemerintahan sipil Gaza. Seorang pejabat AS menyatakan kepada media tersebut bahwa Gedung Putih serius menanggapi rencana ini, mengingat kebuntuan militer dan tekanan internasional atas krisis kemanusiaan di Gaza.
Dalam laporan terpisah dari Axios, Trump dilaporkan bertemu diam-diam dengan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer di Gedung Putih untuk membahas isu Gaza dan negosiasi nuklir dengan Iran. Pertemuan ini tidak diumumkan secara resmi oleh kedua pihak.
Ketegangan antara Trump dan Netanyahu semakin mengemuka. Beberapa laporan menyebut Trump merasa kesal dengan sikap Netanyahu yang dinilai “arogan” dan “manipulatif”, sehingga memutuskan untuk menghentikan komunikasi. Israeli Army Radio mengutip seorang pejabat senior Israel yang menyatakan, “Tidak membantu apa yang dikatakan (Ron) Dermer kepada pejabat senior Partai Republik, di tengah sikap arogan (Netanyahu) mendikte apa yang harus dilakukan Trump.”
Pejabat tersebut juga menyebutkan bahwa orang-orang di lingkaran Trump mengatakan kepadanya bahwa Netanyahu memanipulasi dirinya, dan “tidak ada yang lebih dibenci Trump menjadi seorang yang dilihat naif, atau lebih buruk, sebagai seorang yang dimanipulasi.”
Di sisi lain, Israel Hayom melaporkan bahwa Israel skeptis terhadap kemampuan Trump untuk menyetujui program nuklir sipil dengan Arab Saudi tanpa menyertakan kepuasan pihak Israel. Salah satu pejabat menyatakan bahwa Trump kekurangan dukungan Senat untuk meloloskan kesepakatan tersebut tanpa keterlibatan Israel.
Dalam laporan Reuters, beberapa sumber menyebut AS telah meninggalkan syarat normalisasi Saudi-Israel sebagai prasyarat kerja sama nuklir dengan Riyadh. Sementara itu, Israeli Army Radio mengutip sumber politik Israel yang mengatakan, “Mereka (AS) menginginkan hasil… Trump punya waktu satu tahun untuk menunjukkan kepada Saudi. Dia tidak punya waktu untuk menunggu.”
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain