Pengungkapan sindikat percetakan dan peredaran uang palsu sebanyak 20 ribu lembar uang pecahan Rp100 ribu atau senilai Rp2 miliar di 10 provinsi ini dikendalikan oleh seorang narapidana dari LP.

Jakarta, Aktual.com – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua, Joko Supratikto, mengungkapkan jumlah peredaran uang kertas palsu di wilayah paling Timur Indonesia pada tahun 2016 meningkat dengan jumlah 100 lembar dengan pecahan Rp100 ribu dan Rp50.000.

“Dibanding tahun 2015 pecahan uang kertas yang dipalsukan mencapai 23 lembar tetapi pada 2016 jumlahnya meningkat,” kata Joko, Selasa (17/1).

Dalam praktiknya dilapangan, transaksi uang kertas palsu dilakukan pada saat gelap atau tempat remang-remang lampu sehingga mempermudah aksi peredarannya.

“Kalangan warga untuk dapat mengenali cara sederhana mengenal uang kertas palsu dengan tiga D, yakni diraba, dilihat dan diterawang,” katanya.

Disampaikan pula dari data pengalaman peredaran uang palsu kian meningkat saat menjelang hari besar keagamaan serta memasuki kegiatan politik pemilu dan pilkada karena kebutuhan uang menjadi prioritas.

Joko menambahkan, pengamanan uang kertas baru NKRI emisi 2016, khususnya untuk keluaran uang kertas baru pengamanannya sangat ketat sehingga sulit untuk dipalsukan. Meski begitu, pihaknya menghimbau masyarakat tetap mewaspadai kecanggihan teknologi untuk pemalsuan uang.

“Pengamanan uang kertas bagus, tetapi warga juga harus waspada karena dengan kecanggihan alat teknologi dapat terjadi pemalsuan uang yang sah dan sesuai seri keluaran pemerintah,” jelasnya.

Dalam kegiatan sosialisasi di Kabupaten Biak Numfor, Bank Indonesia membuka tempat penukaran uang kertas baru dilakukan kalangan pejabat eselon II, III dan IV Pemkab Biak, kepala kampung, organisasi perempuan dan masyarakat umum berlangsund di Hotel Asana. (Ant)

Artikel ini ditulis oleh: