Jakarta, Aktual.com — Angkatan Muda Samudera Raya (AMARA) menilai pengunduran diri Djoko Sasono dari jabatannya sebagai Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, merupakan bentuk ketidakmampuan Presiden Joko Widodo dalam mengkoordinasikan para pembantunya di Kabinet Kerja.

AMARA menyatakan demikian sebab ia melihat mundurnya Djoko Sasono bukan karena keinginan pribadinya atas kemacetan libur dan cuti Natal 2015 dan Tahun Baru 2016. Akan tetapi, karena adanya dorongan dari atasannya di Kemenhub.

“Menjelang akhir tahun, Djoko Sasono merupakan tumbal dari ketidakmampuan Joko Widodo dalam mengurus negara,” ucap Ketua Umum AMARA, Herfan Nurmansa, kepada wartawan di Jakarta, Senin, (28/12).

Menurutnya, kemampuan Jokowi selama ini terbungkus dengan baik melalui pencitraan demi pencitraan. Bahkan, pencitraan itu disebutnya untuk menampilkan sosok Jokowi melebihi Nabi. Lalu, dibungkuslah pribadi Jokowi seakan tidak pernah melakukan kesalahan.

Disinggung bagaimana awalnya Jokowi disuguhkan tanpa cacat, blusukan ke gorong-gorong hingga menjanjikan perbaikan demi perbaikan dengan enteng, termasuk kemacetan. Kenyataannya, begitu menjadi Presiden, masalah kemacetan ini tidak terselesaikan dan malahan kini Djoko menjadi tumbalnya setelah muncul desakan publik.

Herfan lantas mengutip pepatah sepandai-pandainya bangkai ditutupi maka baunya akan tercium juga. Atas dasar itu pula, ia menyarankan elit pemerintah yang tidak mampu agar mengundurkan diri dari jabatannya. Bukan hanya Presiden Jokowi, juga para pembantunya di Kabinet Kerja.

“Janganlah tumbalkan yang lain, sebaiknya secara jantan mundur, itu juga berlaku bagi Wapres JK dan para menterinya seperti Ignatius Jonan, Rini Soemarno, Sudirman Said, Jaksa Agung HM Prasetyo dan lainnya. Lebih baik mundur sebelum ditumbangkan rakyatnya, pemilihnya sendiri yang muak,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh: