Jakarta, Aktual.com — Tiongkok memang istimewa di mata Presiden Joko Widodo. Sejak  menjabat sebagai Presiden tahun 2014 silam Jokowi terbilang sangat intensif menjalin komunikasi dengan negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping. Salahnya terekam dalam momen peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung bulan Juli tahun lalu.

Jokowi dan Xi Jinping tampak amat dekat dalam acara tersebut. Keduanya duduk bersebelahan sepanjang acara sesekali, kerap pula posisi duduk Jokowi diapit Jinping dan PM Jepang Shinzo Abe.

Namun, Jinping terlihat lebih kompak dengan Jokowi. Pasalnya, usai membuka KTT Asia Afrika, Jinping-lah yang selalu menempel Jokowi hingga keluar ruangan. Sementara Abe memilih langsung keluar ruangan tanpa bercakap-cakap.

Selain itu, Jinping juga yang berada di samping Jokowi saat historical walk di perayaan KAA di Bandung. Sementara Abe tak mengikuti acara itu dan memilih pulang kembali ke negaranya. Kedekatan ini pula yang akhirnya membuat Jepang terlempar dalam proyek kereta cepat. Sebagai gantinya pemerintah Indonesia menunjuk China untuk menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Sebuah tindakan yang dianggap tidak etis oleh pemerintah Jepang.

Namun ternyata bukan cuman soal kereta cepat Indonesia berkiblat ke Tiongkok. Puluhan proyek infrastruktur di era Jokowi dibangun oleh konsorsium Tiongkok dengan modal pinjaman dari China Development Bank (CDB).

Arah politik luar negeri Indonesia tidak dapat dipungkiri memang tengah menghadap ke Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi dunia. Redaksi Aktual.com coba menelusuri postur anggaran kementerian teknis yang berhubungan dengan kerjamasa Indonesia-Tiongkok. Hasilnya cukup mengejutkan.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif misalnya, menyediakan anggaran ratusan miliar untuk promosi wisata di Tiongkok. Dari data yang diperoleh Aktual.com, Rabu (27/4) diketahui adanya anggaran:

– Pemasangan Iklan Pariwisata pada Majalah Berita Mingguan Berbahasa China dengan Nilai Proyek Rp2,6 miliar

– Pemasangan Iklan Pariwisata pada Koran Umum Berbahasa China dengan nilai proyek Rp9,8 miliar

– Promosi Wonderful Indonesia di Anhi, China dengan anggaran sebesar Rp4,4 miliar

– Program China Oautbound Travel and Tourism Market (COTTM) 2016 dengan anggaran Rp2,7 miliar

– Program Incentive Travel dan Conventions Meeting China 2016 dengan anggaran sebesar Rp2,2 miliar

– Publikasi Branding Pariwisata Indonesia MEdia Ruang Internasional Pasar China dengan anggaran RP4,9 miliar

– Program China Golf Show 2016 dengan anggaran Rp2,7 miliar

– Pemasangan Iklan Pariwisata Indonesia di Infligt Magazine China sebesar Rp6,76 miliar

– Pemasangan Iklan Pariwisata Indonesia di Media Cetak China sebesar Rp8,9 miliar

-Sales Mission Diving Tiongkok 2016 dengan anggaran Rp4,2 miliar

-Sales Mission Golf Tiongkok 2016 sebesar RP4,2 miliar

-Perjalanan Wisata Pengenalan untuk Media Pasar Great China 2016 sebesar Rp10,3 miliar

-China Wedding Expo 2016 dengan nilai anggaran Rp2,8 miliar

-Publikasi Branding Pariwisata Indonesia melalui Online Travel Agent Tiongkok dengan nilai anggaran Rp 26,7 miliar

-Publikasi Branding Pariwisata Indonesia Melalui Portal Berita Online Tiongkok sebesar Rp13,65 miliar.
Seluruh program Kementerian yang dipimpin oleh Menteri Arief Yahya ini dilelang untuk tahun anggaran 2016. Nampak sekali pasar Tiongkok menjadi prioritas utama pariwisata Indonesia saat ini. Coba bandingkan dengan anggaran promosi wisata untuk pasar Amerika Serikat.

Kemenpan hanya mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,6 miliar dalam paket program Pemasangan Iklan Pariwisata Indonesia dengan Koran Berita Umum Pasar Amerika Serikat. Jika ditotal anggaran untuk promosi pariwisata Indonesia di Tiongkok mencapai Rp106 miliar.

Artikel ini ditulis oleh: