Solo, Aktual.com – Ribuan tunanetra mengikuti Parade Tongkat Putih Surabaya-Jakarta. Parede pertama kalinya dilakukan ini sudah dimulai sejak 23 Januari dari Surabaya. Para tunanetra ini berjalan secara estavet melintasi 30 kota dan menyinggahi 10 kota.

Menurut Ketua umum Pertuni, Aria Indrawati Solo merupakan kota keempat yang disinggahi setelah Semarang. Parade tongkat putih merupakan medium sosial tunanetra kepada pemerintah dan masyarakat.

Dia juga menjelaskan, tongkat putih adalah pengganti penglihatan dan identitas tunanetra.

“Ada 1.300 orang tunanetra yang mengikuti parade tongkay putih Surabaya-Jakarta,” terang Aria dalam pembukaan Parade Tongkat Putih di lapangan Kotta Barat Solo, Jawa Tengah, Selasa (26/1).

Parade tongkat putih, lanjut Aria merupakan mimbar bagi tunanetra untuk menyampaikan pesan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah dan masyarakat. Mereka ingin tunanetra tidak hanya dijadikan objek, namun ingin menjadi subjek pembangunan pemerintah.

Banyak kalangan baik pejabat publik maupun masyarakat di Indonesia, beranggapan bahwa tunanetra merupakan mahkluk lemah pnatas dikasihani, tidak produktif, hanya menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.

“Kami ingin tunanetra menjadi subjek pembangunan, bukan objek belas kasihan. Kami bisa mandiri, produktif, bisa diberdayakan dalam pembangunan Indonesia,” tegasnya.

Diungkapkan, pemberdayaan tunanetra harus dimulai dari keluarga. Sejak dari anak-anak, mereka harus sekolah. Sehingga pendidikan tunanetra tidak terbelakang.

“Kami juga mencanangkan gerakan ayo sekolah anak tunanetra,” imbuh dia.

Artikel ini ditulis oleh: