Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto memberikan keterangan pers terkait likuidasi Petral Group di Jakarta, Senin (4/4). Pertamina telah melakukan formal likuidasi Petral Group yang terdiri dari Zambesi, Petral dan PES pada Februari 2016 lalu sehingga lebih cepat dari target sebelumnya yakni Juni 2016. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com – Entah disengaja atau tidak, pembangunan terminal LNG (Gas Alam Cair) di Bojonegara, Banten, Jawa Barat dibuat simpang siur oleh PT Pertamina (Persero). Sehingga ketidakjelasan ini semakin mengundang pertanyaan bagi publik yang semula telah banyak melihat kejanggalan dan muatan tekanan politis pada proyek itu.

Saat ditanya kepada Dirut Pertamina, Dwi Sutjipto mengenai perkembangan proyek yang melibatkan PT Bumi Sarana Migas (BSM) milik anak Wapres JK, yakni Solihin Kalla, Dwi berdalih proyek itu belum ada kontrak kerjasama dan masih dalam tahap pembahasan.

Pernyataan itu berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Vice President of the Liquefied Natural Gas (LNG) PT Pertamina (Persero), Didik Sasongko Widi sebelumnya. Menurut Didik proyek itu mengalami keterlambatan disebabkan terjadi permasalahan di internal konsorsium.

Namun Dwi memberikan keterangan berbeda, dia menegaskan tidak ada keterlambatan penyelesaian proyek. Terminal LNG itu belum ada proyeksi sama sekali, bahkan belum ada kontrak, sehingga belum ada patokan target waktu.

“Bagaimana ada keterlambatan, kita belum ada target. Kalau sudah ada kontraknya baru bisa lihat terlambat atau tidak. Sekarang masih dalam pembagasan mengenai bagaimana ketentuan-ketentuan untuk kontrak,” ujarnya di Hotel Fairmont, Selasa (1/11).

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, Vice President of the Liquefied Natural Gas (LNG) PT Pertamina (Persero), Didik Sasongko Widi telah menyampaikan bahwa dia memperkirakan proyek itu mengalami keterlambatan setahun.

Keterlambatan itu kata Didik disebabkan faktor internal konsorsium masih menemukan permasalahan, namun ketika itu dia tidak bersedia menjelaskan lebih detail mengenai permasalahan yang ia maksud tersebut.

“Kita masih berusaha untuk diselesaikan 2019 akhir, tapi kalau saya ditanya, saya jawab 2020. Itu terkesan agak mundur karena sekarang ada ketidakpastian. Ini harusnya sudah pertengahan tahun kepastian tersebut, karena masih ada isu-isu internal antara joint venture sehingga ini mundur. Tapi sepertinya kemungkinan masih bisa 2019,” ujarnya, Minggu (9/10).

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka