Ekspor juga akan menyalurkan valas ke dalam negeri yang dapat menjadi bantalan untuk untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang.

“Kita perlu melihat bahwa, ketegangan hubungan dagang yang berlanjut terus dan menekan volume perdagangan dunia serta memperlambat pertumbuhan ekonomi global,” ucap Dody.

Di sisi lain, selain menggenjot ekspor, penurunan suku bunga acuan juga diharapkan tidak memberikan dampak negatif bagi neraca transaksi finansial dan modal.

BI perlu menjaga transaksi modal dan finansial untuk tetap surplus karena aliran modal asing yang masuk digunakan untuk mengkompensasi defisit transaksi berjalan.

Maka dari itu, Dody meyakini penurunan suku bunga juga tidak akan memicu arus modal ke luar. Untuk pasar obligasi, Dody melihat selisih suku bunga (differential interest rate) antara Indonesia dengan negara maju dan sepadan (peers) masih cukup lebar, sehingga bunga instrumen keuangan berdenominasi rupiah masih sangat menarik.

“Bank Sentral lainnya di dunia pun mengadaptasi kebijakan moneter yang melunak (dovish) untuk menangkal perlambatan perekonomian global,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh: