Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, pemerintah telah bersungguh-sungguh ingin mengembangkan instrumen dalam mencari pembiayaan APBN. Pasalnya, postur APBN sendiri dipastikan akan mengalami defisit yang cukup lebar.

“Sehingga pemerintah terus mengembangkan pasar keuangan syariah di Tanah Air. Dulu, saat saya jadi Menkeu sebelumnya, UU mengenai keuangan syariah ini baru dikeluarkan, maka mestinya pengembanganya harus semakin baik,” ujar Sri Mulyani, di Jakarta, Jumat (19/8).

Apalagi memang, kata dia, sepanjang delapan terakhir surat utang negara syariah (sukuk negara) telah berkembang sangat baik. Total penerbitannya mencapai Rp538,9 triliun, di mana yang saat ini outstanding-nya Rp391,1 triliun sekitar 14 persen dari total dana itu.

“Cuma memang angka ini kecil dibanding total share market di Indonesia sendiri. Dan ini bari langkah awal kita,” ujarnya.

Di tingkat global, instrumen berbasis syariah ini telah sangat dikenal. Pada 2015, aset dari industri keuangan syariah global mencapai US$ 1,8 triliun. Sektor perbankan syariah serta sukuk yang merupakan kontributor terbesar terhadap total aset industri keuangan syariah secara global memiliki pangsa 79 persen.

“Makanya, secara global, pasar dan minat perkembangan instrumen syariah telah berkembang sangat baik. Bukan hanya dinegara berpenduduk Islam terbesar, tapi di London market-nya cukup besar. Bahkan kalau terjadi dispute resolution, London termasuk salah satu pusatnya,” urai dia.

Pasar syariah menjadi penting, apalagi tiap tahun melakukan defisit financing. “Sejak dulu saya jadi menteri keuangan saya ingin bahwa masyarakat secara umum memiliki kesempatan dan memiliki peran untuk mebiayai defisit-defisit ini‎,” tandasnya.

Dan dengan ada produk baru suku ini, kata dia, akan memberikan kemampuan untuk menciptakan pendalaman industri obligasi. “Makin dalam dan luas maka akan makin stabil (pasar sukuk negara),” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka