Utang dan Investasi
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam mengatakan Neraca Penerimaan Primer menjelaskan berapa besar return investasi yang harus kita bayarkan kepada para pemodal asing yang berinvestasi di Indonesia. Defisit neraca pendapatan primer kuartal ketiga 2018 yang mencapai kurang lebih 8 milyar dolar AS berperan signifikan terhadap defisit transaksi berjalan sebesar -4,3 miliar dolar AS. Angka ini menjelaskan bahwa bila kita bisa menekan defisit neraca pendapatan primer hingga 50 persen, transaksi berjalan bisa jadi akan surplus.
“Ironisnya sekali lagi, tidak pernah ada upaya mengurangi defisit neraca pendapatan primer. Kuncinya adalah kita terlalu liberal. Kita memang membutuhkan investasi asing, tetapi seharusnya kita masih punya posisi tawar untuk menahan para investor asing dalam menarik keuntungan dari investasi mereka. Kita bahkan bisa seperti China yang memaksa para investor asing untuk menanamkan kembali keuntungan mereka di dalam negeri, sehingga investasi langsung di China terus mengalami peningkatan yang berkesinambungan,” jelasnya.
Adapun lima pemberi utang terbesar hingga kuartal kedua tahun ini adalah: Singapura, Jepang, Cina, Amerika Serikat dan Hong Kong. Singapura tercatat memberi pinjaman US$ 55,67 miliar dan Jepang sebesar US$ 28,66 miliar. Sementara utang dari Cina sebanyak US$ 16,32 miliar Amerika Serikat US$ 15,43 miliar dan Hong Kong US$ 13,26 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Agusman mengatakan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 355,7 miliar dolar AS, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 179,7 miliar dolar AS, serta utang swasta sebesar 176,0 miliar dolar AS. ULN Indonesia pada akhir triwulan II 2018 tersebut tercatat tumbuh 5,5% (yoy),
ULN Pemerintah pada akhir triwulan II 2018 tumbuh 6,1% (yoy) menjadi sebesar 176,5 miliar dolar AS, yang terbagi dari SBN (SUN dan SBSN/Sukuk Negara) milik non-residen sebesar 122,3 miliar dolar AS dan pinjaman dari kreditur asing sebesar 54,2 miliar dolar AS
ULN swasta terutama pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA pada triwulan II 2018 masing-masing tercatat sebesar 1,1% (yoy) dan 16,1% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2%, relatif sama dengan pangsa pada triwulan sebelumnya.
“Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan II 2018 berada di kisaran 34%. Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers,” jelasnya.
Berdasarkan jangka waktu, struktur ULN Indonesia pada akhir triwulan II 2018 tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,6% dari total ULN.
Selanjutnya, Tak Semua Utang itu Dosa Masa Lalu
Artikel ini ditulis oleh:
Eka