Pekerja mengecat salah satu ruangan di PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) Jawa-Bali di Gandul, Depok, Jawa Barat (24/12). PLN memproyeksikan beban puncak konsumsi listrik saat perayaan Natal dan Tahun Baru 2017 akan berkurang 18 hingga 24 persen dibandingkan pada kondisi pemakaian litrik di hari kerja biasa. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardjojo memperkirakan dampak dari kenaikan tarif dasal listrik (TDL) kapasitas 900 volt ampere (VA) bakal menjadi penopang laju inflasi yang tinggi di 2017 ini.

“Jadi di 2017 ini, kami tahu ada sumber inflasi dari administered prices (harga-harga yang ditentukan pemerintah), ketika listrik 900 VA dikurangi subsidinya secara bertahap,” ujarnya di Jakarta, Jumat (20/1).

Untuk Januari 2017 ini, hingga pekan ketiga inflasinya mencapai 0,67%. Artinya, secara year on year (yoy) sebesar 3,19%. Sumber inflasinya ada dari kenaikan TDL agak membuat tekanan serga harga cabai yang melambung juga cukup menekan. Cuma, komodutas lain seperti bawang merah di Januari ini sudah deflasi.

“Kami lihat, di 2017 ini perhatian inflasi harus betul-betul tinggi. Dan kami sambut baik dan koordinasi dengan pemerintah. Pemerintan juga nyatakan hal yang sama. Sehingga kami bersama pemeribtah ousat dan daerah sejak awal tahun terus koordinasi menjaga inflasi,” papar dia.

Pihak BI juga terus mewaspadai gejolak harga pangan (volatile food) yang di tahun lalu berkontribusi 5,9%. Sedangkan administered prices cuma 0,2%. “Tapi, di 2017 ini kemungkinan administered price akan semakin tertekan,” tegas Agus.

Terkait volatile food, BI memastikan ke pemerintah agar terkait ketersediaan pasokan jangan sampai menyusut. Karena akan mengakibatkan kenaikan harga. Sementara distribusi juga jangan sampai terhambat. Sehingga ada daerah yang tak dapat pasokan akan alami lonjakan harga.

“Jadi sumber inflasi di 2017 harus diantisipasi. Seperti biaya administrasi STNK jadi komponen tinggi yang dongkrak infalsi. Sehingga jika ada penyesuaian harga BBM nantinya dengan dengan satu harga di Indonesia perlu koordinasi sebaik-baiknya,” papar dia.

Untuk itu, kata Agus, pihaknya meminta koordinasi lebih ekstra untuk menjaga infalsi. “Saya terima kasih bahwa pemerintah merepson kami adakan roundtable dialog untuk jaga infalsi. Dan di masing-masing pemda ada kajian dengan kementerian untuk merespon pengendalian infalsi,” pungkasnya.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh: