Sejumlah wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar aksi di Blitar, Jawa Timur, Kamis (9/2). Aksi yang digelar dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) tersebut sekaligus untuk menuntut pemerintah segera mengambil keputusan tegas dengan memblokir sejumlah situs penyebar berita "hoax". ANTARA FOTO/Irfan Anshori/kye/17

Jakarta, Aktual.com – Berita bohong atau hoax belakangan ini bak jamur yang merambah ke seluruh arah. Itu semua bukan tanpa sengaja, tetapi dilakukan secara terorganisir oleh salah satu kandidat calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Salah satu yang menjadi momok adalah soal kasus Ratna Sarumpaet yang mengaku-ngaku dianiaya. Namun demikian, yang terjadi sebaliknya adalah Ratna telah menjalani operasi pelastik muka yang mengakibatkan mukanya lebab seperti habis dipukuli.

“Kami melihat situasi sekarang ini sudah merusak akal sehat dimana orang sudah sulit membedakan antara berita benar dan bohong. Ada yang bicara A, kemudian diklarifikasi tetapi tetap saja (mereka) bicara, karena itu (bagi mereka) berita penting, baik itu kebohongan atau bukan kebohongan,” kata Koordinator Jejaring Anti Bohong, Sinnal Blegur dalam acara diskusi di Jakarta, Rabu (28/11).

Situasi saat ini, lanjut dia, sudah sangat bahaya sehingga kebohongan-kebohongan yang dilakukam secara masif oleh kubu Prabowo-Sandi harus dilawan. Terlebih dirinya merasakan ketika melawan hal yang sama di masa orde baru.

“Karena kita melihat ini bahaya. Nah kami melihat ini harus dilawan. Apalagi kami punya pengalaman di orde baru. Kalau teman-teman belum merasakan, kami rata-rata adalah aktivis yang merasakan orde baru,” kata dia.