Jakarta, Aktual.com — Hasil seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang kini memasuki tahapan selanjutnya disebut sebagai sebuah ironi. Sebab, nama-nama yang lolos merupakan wajah-wajah lama yang netralitasnya masih dipertanyakan. Padahal, KPK ke depan membutuhkan orang yang benar-benar independen serta tidak memiliki motif politik tertentu.

Sejarah kelam KPK sebelumnya saat dipimpin Abraham Samad tidak boleh terjadi lagi. Dimana hasrat politik terselubung ujung-ujungnya bertujuan untuk memperoleh kekuasaan. Itu belum termasuk bocornya sprindik Anas Urbaningrum dan penetapan tersangka Komjen Pol Budi Gunawan yang kandas saat di praperadilan.

Demikian disampaikan Samheru, koordinator aksi Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Penyelamat KPK, saat menggelar demonstrasi di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Senin (27/7). Ratusan massa beraksi dengan membawa puluhan spanduk dan pengeras suara dari mobil bak terbuka.

“Saat ini telah tembus (lolos) nama-nama calon yang tidak memiliki kualitas, independensinya dipertanyakan. Dia bisa melemahkan dan menghancurkan KPK,” tegasnya.

Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Penyelamat KPK mendesak Pansel KPK untuk membatalkan mereka yang memiliki rekam jejak buruk. Seperti mantan Ketua MK Jimly Assidiqi dan capim lain. Khususnya mereka yang pernah mengambil keputusan yang tidak berpihak pada kepentingan masyarakat. Kepada DPR dan Presiden Joko Widodo, mereka meminta untuk tidak memilihnya.

“Kami minta mereka mundur dari bursa pencalonan pimpinan KPK agar netralitas KPK tetap terjaga dari upaya-upaya politisasi peran dan fungsi KPK ke depan,” lanjutnya.

Artikel ini ditulis oleh: