Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diserbu wartawan saat akan diperiksa di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Rabu (8/7/2015). Novel diperiksa kembali polisi terkait kasus pada 2004, saat menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Bengkulu dan dituding terlibat dalam penganiayaan dan penembakan.

Bengkulu, Aktual.com — Kejaksaan sebagai termohon dalam sidang praperadilan gugatan surat ketetapan penghentian penuntutan kasus Novel Baswedan merasa keberatan, karena pemohon menghadirkan saksi ahli.

Asisten Pidana Umum Kejaksaan Tinggi Bengkulu Azhari mengatakan, menghadirkan saksi ahli pada sidang praperadilan tidak sesuai dengan aturan dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

“Seharusnya menghadirkan saksi ahli itu pada masa persidangan, tidak ada saksi ahli pada sidang praperadilan,” kata dia di Bengkulu, Kamis (24/3).

Namun, menurut Azhari, karena kebiasaan persidangan yang menghadirkan saksi ahli, hal itu juga dijadikan lazim untuk dilakukan pada sidang praperadilan.

Sementara itu, hakim praperadilan SKP2 Novel Baswedan tetap memberikan kesempatan seluas-luasnya termasuk menghadirkan saksi ahli untuk pemeriksaan gugatan praperadilan tersebut.

“Oleh karena itu kami meminta hakim mencatat keberatan yang kami ajukan sebagai pertimbangan nantinya.”

Pemohon, yakni korban dugaan penganiayaan Novel Baswedan saat menjadi Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Bengkulu menghadirkan tiga orang saksi, dua orang saksi ahli dan satu orang saksi fakta.

“Karena mereka menghadirkan saksi ahli, maka pada sidang selanjutnya kita juga akan menghadirkan saksi ahli.”

Sidang lanjutan gugatan praperadilan SKP2 Novel Baswedan kembali dilanjutkan pada siang Kamis 24/3, materi sidang yakni mendengarkan pendapat saksi yang dihadirkan pemohon, yakni keluarga korban.

“Walaupun keberatan kami tidak diterima, tetapi kami masih yakin akan memenangkan praperadilan ini.”

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Wisnu