Jakarta, Aktual.co — Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi menilai, kompetisi gong kebyar yang bergulir sejak masa pra-kemerdekaan dan dipanggungkan dengan format lomba menjadi inspirasi pengembangan kesenian Bali.

“Gebyar pentas gong di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) telah memberikan kegairahan terhadap penggalian dan pengembangan bidang seni pertunjukan di Pulau Dewata,” kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin (08/12).

Ia mengatakan, pengembangan seni tersebut menguak menjadi kebanggaan segenap lapisan masyarakat luas. Festival gong kebyar dalam arti lomba memiliki kontribusi besar mengobarkan api kreativitas berkarya.

Hal itu seiring dengan dinamika kehidupan dalam jagat kesenian presentasi estetis sekuler, lomba seni menunjukkan sinergi yang kontributif bagi eksistensi warisan dan ekspresi nilai-nilai keindahan.

Kadek Suartaya mengingatkan, kompetisi gong kebyar yang menjadi primadona aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata merupakan pengejawantahan salah satu strategi kebudayaan masyarakat Bali yang berhasil.

Kendati lomba menunjukkan dimensi konstrukstif, rupanya dampak dari konsekuensi sebuah lomba, mengusik pengambil keputusan untuk hanya memparadekan pentas seni kebyar itu sejak tahun 2008.

Dampak negatif yang mengemuka dalam festival gamelan di antaranya euporia fanatisme berlebihan penonton terhadap tim gong kebyar dukungannya.

Selain itu, konon lebih esensial, format lomba membunuh suatu keragaman seni. Sebuah fakta kultural patut dihormati bahwasannya gong kebyar di era globalisasi ini adalah genre kesenian homogen di tanah Bali.

Namun secara fisik gamelan multi fungsi itu kini adalah media musikal yang hampir seragam tampilan luarnya dan bahkan standar instrumentasinya. Tetapi jika dicermati dengan lebih awam dan jernih, ekspresi estetik dan konsepsi artistik yang menguak dalam Festival Gong Kebyar PKB, sarat dengan puspa warna keragaman gagasan dan nuansa, ujar Kadek Suartama.

Artikel ini ditulis oleh: