Demo anti pangkalan militer AS di Jepang. (ilustrasi/aktual.com)
Demo anti pangkalan militer AS di Jepang. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com — Sejumlah anggota majelis di Okinawa yang ingin menyingkirkan pangkalan militer Amerika Serikat dari pulau di bagian selatan Jepang itu memperoleh suara mayoritas dalam pemilihan umum majelis perfektur, memperkuat gerakan anti-pangkalan Amerika Serikat.

Hasilnya diumumkan pada Senin (6/6) yang artinya Gubernur Okinawa, Takeshi Onaga diperkirakan akan menggandakan usahanya untuk memindahkan pangkalan udara Futenma keluar dari pulau itu secara keseluruhan, menyebabkan perselisihan yang panjang dengan pemerintah pusat.

Pemilihan umum yang diadakan pada Minggu di pulau itu, pulau yang menjadi tuan rumah bagi sebagian besar pasukan Amerika Serikat di Jepang, dilakukan setelah adanya serangkaian tindak kriminal dan insiden lainnya yang melibatkan para tentara dan pekerja pangkalan Amerika Serikat itu yang memicu kebencian terhadap keberadaan Amerika Serikat.

Dari sebanyak 48 kursi yang diperebutkan, para kandidat yang mendukung Onaga, yang berselisih dengan pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe atas rencana untuk memindahkan pangkalan yang ada di Okinawa, mendapatkan 27 kursi, naik dari 23 kursi sebelum pemilihan umum dilakukan, penyiar publik NHK mengatakan.

Pihak Amerika Serikat dan Jepang sepakat pada 1996 untuk menutup pangkalan udara Futenma milik Marinir Amerika Serikat, yang berada di wilayah perkotaan Okinawa, dan memindahkan seluruh fasilitasnya di tempat lain pulau itu.
Namun rencana tersebut terhenti dikarenakan adanya perlawanan dari para penduduk yang khawatir atas kebisingan, polusi dan kejahatan yang dapat terjadi.

Keputusan itu menyusul adanya kasus pemerkosaan terhadap seorang anak sekolah Jepang oleh personel militer Amerika Serikat yang memicu demonstrasi anti-pangkalan besar-besaran.

Yang lebih menumpuk kemarahan setempat, seorang warga asal Amerika berusia 32 tahun yang bekerja di sebuah pangkalan Amerika Serikat ditahan pada bulan lalu atas keterkaitannya terhadap kasus pembunuhan seorang wanita Jepang.

Penangkapan bulan lalu itu memicu pihak militer Amerika Serikat untuk mengumumkan sebuah jangka waktu untuk berkabung selama 30 hari dan pelarangan minum-minum di seluruh pangkalannya di pulau itu. Namun seorang nahkoda Amerika Serikat ditangkap di Okinawa atas dugaan mengemudi dalam keadaan mabuk menyusul sebuah kecelakaan mobil.

Onaga menyebut hasil pemilihan umum itu sebagai sebuah “kemenangan besar” namun Tokyo masih bersikeras dengan rencananya untuk memindahkan pangkalan itu ke wilayah Henoko, kota Nago di pusat Okinawa.

“Tidak ada perubahan terhadap pendirian kami bahwa pemindahan ke Henoko merupakan jalan satu-satunya saat kami memikirkan tentang mempertahankan kekuatan aliansi Amerika Serikat-Jepang dan menyingkirkan resiko pangkalan Futenma,” Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan dalam sebuah konferensi pers.

Pemungutan suara setempat itu dilakukan satu bulan sebelum adanya pemilihan majelis tinggi Juli mendatang.

Okinawa, yang menjadi tempat terjadinya pertempuran besar yang dimenangkan oleh pasukan Amerika Serikat pada saat Perang Dunia II, menjadi tuan rumah bagi 50.000 orang warga Amerika Serikat, termasuk 30.000 orang di antaranya merupakan personil militer dan warga sipil yang bekerja di sejumlah pangkalan Amerika Serikat di pulau itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Nebby