Jakarta, Aktual.com — Mungkin anda telah mendengar atau melihat sendiri melalui media massa, bahwa tidak sedikit saudara-saudara kita yang nun jauh berada di pedesaan hidup dalam kesusahan.

Umumnya mereka petani, sehingga jika ada yang merebut tanah-tanah mereka berarti sama dengan menyuruh mereka mati. Dan kenyataannya memang penyerobotan tanah-tanah pertanian itu benar-benar terjadi.

Terlalu banyak alasan penguasa untuk membenarkan penyerobotan tanah-tanah mereka, dengan mengatasnamakan pembangunan, hukum, hak, dan sebagainya. Tetapi, menurut saya, semua itu tetaplah penindasan terhadap manusia.

Mungkin anda tidak bersepakat dengan saya, karena anda lebih membela hukum daripada kemanusiaan. Anda bisa sepakat dengan saya jika anda berganti profesi dengan para petani itu.

Tetapi sayang hal itu tidaklah mungkin dilakukan. Namun, jika anda masih tetap pada pendirian anda untuk membela hukum itu maka saya dapat mengatakan bahwa anda adalah calon penindas baru pada masa mendatang.

Itu berarti anda akan berhadapan lagi dengan saya meskipun pada kondisi yang berbeda. Jika anda mengatakan hal itu demi kepentingan pembangunan, maka saya akan berkata tidak! Anda mengatakan demi hukum, maka saya akan katakan tidak!, tidak!, tidak!

 

*Dikutip dari Moh Jumhur Hidayat, SURAT-SURAT DARI PENJARA, dengan judul artikel “Selamat Tinggal Penindasan, Mengenang Setahun Peristiwa 5 Agustus”, Rumah Tahanan Kebon Waru Bandung, 5 Agustus 1990.

Artikel ini ditulis oleh: