Jakarta, Aktual.com – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) RI Sakti Wahyu Trenggono mendorong peningkatan konsumsi ikan di Provinsi Jawa Timur yang baru 20 kilogram per kapita pada tahun 2023.
“Konsumsi ikan Jatim baru 20 kilogram per kapita. Kami ingin meningkatkan konsumsi ikan di Jatim dari 20 kilogram menjadi 30 atau 35 kilogram, agar meningkat juga proteinnya,” kata Sakti Wahyu Trenggono saat Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Gedung Negara Grahadi, Selasa (7/1).
Sakti mengemukakan preferensi konsumsi ikan di Jatim pada tahun 2023 yakni lele dengan 14,5 persen, mujair 8,8 persen, tongkol 8,7 persen, bandeng 7,2 persen dan teri 4,9 persen.
Kemudian kembung 4,5 persen, udang 3,9 persen, selar 2,4 persen, nila 1,9 persen dan patin 1,8 persen.
Provinsi Jatim juga menyumbang produksi ikan (tanpa rumput laut) pada kisaran 900 ribu sampai 1,2 juta ton per tahun. Adapun rata-rata produksi perikanan tangkap pada tahun 2020-2023 sebesar 526 ribu ton.
Sedangkan rata-rata produksi ikan budi daya yakni sebanyak 598 ribu ton pada tahun 2020-2023. Produksi perikanan budi daya di Jatim lebih tinggi dibandingkan perikanan tangkap pada 2020-2023.
“Hal ini menunjukkan bahwa perikanan budi daya telah menjadi prime mover dalam penyediaan pangan berbasis protein ikan di Provinsi Jatim,” kata dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa ikan punya kontribusi sampai dengan Rp27 triliun di Jatim saja dengan total produksi 1.196.171 ton. Hal tersebut merupakan potensi yang tidak kecil.
“Jatim perikanan tangkapnya yang paling besar dari Kabupaten Lamongan, sementara perikanan budi dayanya paling besar dari Kabupaten Gresik,” ujarnya.
Kinerja ekspor hasil perikanan di Jatim mencapai 1,5 miliar Dolar Amerika Serikat atau 27,99 persen dari total nilai ekspor nasional. Dengan tujuan paling banyak ke Amerika Serikat dengan 634,08 juta, disusul Jepang, Tiongkok, ASEAN dan Uni Eropa.
Adapun lima top komoditas ekspor Jatim ialah udang sebesar 595,78 juta dolar AS, tuna-tongkol-cakalang sebesar 240,64 juta dolar AS, disusul rajungan-kepiting sebesar 100,44 juta dolar AS, cumi-sotong-gurita 76,03 juta dan rumput laut 68,12 juta.
“Meski begitu, nelayannya masih kecil karena tidak ada bantuan-bantuan. Ini yang harus dicermati,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra