Jakarta, Aktual.com — Dalam kehidupan keseharian, umumnya tidak ada keterangan ilmiah secara rinci yang mengatur pembatasan wanita (atau Muslimah) dalam berolahraga, khususnya menekuni olahraga ekstrim, seperti panjat tebing, selancar air, terjun payung, dan sebagainya.

Agama Islam sendiri juga tidak melarang hal tersebut, malah justru menganjurkan mereka para Muslimah untuk berolahraga. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajak Aisyah Radhiyallahu ‘anha mengikuti lomba lari. Sebagaimana Aisyah RA berkata:

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku lomba lari dan aku mengalahkannya. Kemudian aku berdiam diri sampai aku menjadi gemuk. Kemudian Rasulullah SAW mengajakku lomba lari dan beliau mengalahkanku. Beliau bersabda: ‘Ini sebagai balasan dari lomba yang lalu.’”

Terkait permasalahan di atas, lantas kita pun bisa melakukan olahraga apa saja asal secara umum tidak ada pembedaan ini olahraga khusus maskulin (sehingga hanya cocok untuk pria, red) dan ini olahraga feminin (sehingga hanya cocok untuk wanita, red). Pasalnya, tujuan dari olahraga sebenarnya yakni, untuk mencapai kondisi tubuh yang sehat dan fit. Tidak terkotak-kotak berdasarkan jenis kelamin karena masing-masing olahraga memiliki karakteristik.

Sebagai contoh, renang menjadi salah satu jenis olahraga yang sangat baik untuk melatih kekuatan paru-paru, sehingga bagus untuk penderita asma, baik pria atau wanita. Sehingga, bagi keduanya sangat dianjurkan rutin olahraga renang.

Lantas, jenis olahraga apakah yang tepat dilakukan bagi Muslimah?.

Ustadzah Hatim pun memberikan jawabannya kepada Aktual.com. “Jawabannya bisa bervariasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Namun, ada panduan penting dalam memilih yaitu, niatkan sebagai sarana memperbaiki kualitas ibadah kita kepada Allah ta’ala. Baik itu ibadah dalam artian khusus (misalnya, salat, dan lain-lain) atau ibadah dalam artian umum (misalnya, suami mencari nafkah, istri mengurus rumah, dan lain-lain),” urainya menjelaskan.

Kemudian, Ustadzah menerangkan, sebaiknya juga disesuaikan dengan kondisi fisik saat itu. Jika kita pemula atau baru sembuh dari sakit, pilih olahraga yang ringan. Misalnya, stretching (peregangan), jalan sehat, dan lain-lain.

Kemudian setelah tubuh sudah beradaptasi dengan kebiasaan tersebut, naikkan frekuensi, variasi, atau pun tingkat berat-ringannya secara bertahap.

Sehinggga, dalam hal ini kaitannya dengan olahraga ekstrim bagi Muslimah boleh saja dilakukan, asal Muslimah tersebut memperhatikan poin-poin di atas dan mampu menjaga keselamatan dirinya dengan baik.

“Pilah baik-baik antara olahraga yang memberi efek positif bagi vitalitas tubuh dan olahraga secara penamaan saja. Misalnya, joging termasuk olahraga yang positif, adapun tinju (saya kira) lebih dominan kekerasannya daripada olah raga, meskipun umum tinju dikategorikan sebagai olahraga,” tandasnya menutup pembicaraan.

Artikel ini ditulis oleh: