Direksi Bertambah Gemuk dan Aksi Mogok Pilot Garuda
Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) beserta Asosiasi Pilot menuntut pemerintah mengurangi jumlah direksi dari delapan orang menjadi enam orang. Mereka mengharapkan pergantian direksi mengutamakan pribadi yang profesional di bidang penerbangan, terutama dari internal Garuda. Hal tersebut dilakukan karena orang dalam lebih memahami permasalahan internal.

“Kami berharap pemerintah/pemegang saham dapat memenuhi permintaan tersebut, jika tak dipenuhi, maka dengan berat hati, kami akan melakukan mogok,” kata Corporate Affairs asosiasi Pilot Garuda Capt Eric Ferdinand.

Pihaknya meminta agar Garuda dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dipimpin menteri BUMN Rini Soemarno mengurangi jumlah direksi. Mereka menilai, direksi yang gemuk ini mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Pasalnya pada tahun 2016, profit (loss) before tax mendapat untuk USD 17.790.700 dan Nett profit (loss) USD 9.364.858.

“Sedangkan pada tahun 2017 lalu untuk profit (loss) before tax alami kerugian USD 158.180.637 dan Nett profit (loss) USD 213.389.678,” ujar Eric.

Ia mencontohkan, jabatan Direktur Kargo adalah salah satu jabatan yang tidak diperlukan sama sekali karena Garuda selama ini tidak memiliki pesawat spesialiasi kargo. Jabatan itu malah mengakibatkan keuangan perusahaan kian boros. Cukup unit kargo ini hanya dipimpin oleh pejabat setingkat vice president.

“Hal ini karena Garuda Indonesia tidak memiliki pesawat khusus kargo. Dengan dipimpin seorang direktur sejak tahun 2016 kinerja direktorat kargo tidak meningkat dan hanya ada peningkatan biaya operasional,” ujar dia.

Peningkatan pendapatan usaha penjualan tiket penumpang juga tidak mampu mengimbangi beban usaha Karena ketidakmampuan Direktur Marketing dan IT dalam membuat strategi penjualan produk. Bisa dilihat dari penurunan rata-rata harga jual tiket penumpang pada tahun 2017 bila dibandingkan dengan tahun 2016, bahkan diperparah penurunan nilai saham Garuda Indonesia atau GIAA.

“Dari IPO tanggal 26 Januari 2011 sebesar Rp750 hingga saat ini 25 April pada nilai Rp292 per lembar saham,” kata dia.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Umum & SDM Sari Suharso menyampaikan pihaknya membuka ruang seluas-luasnya kepada serikat pekerja untuk berdiskusi dan bermusyarah terkait perkembangan dan keberlangsungan perusahaan.

Sementara terkait dengan rencana pemogokan, manajemen menegaskan bahwa kegiatan operasional penerbangan akan tetap berlangsung secara normal. Manajemen Garuda Indonesia telah melakukan langkah langkah mitigasi untuk mengantisipasi kondisi tersebut.

Terkait sorotan akan urgensi direktorat kargo, lanjutnya, tantangan industri penerbangan menuntut perusahaan turut mengembangkan berbagai model bisnis dalam memaksimalkan potensi pasar, yang salah satunya dilakukan melalui utilisasi pasar kargo.
Melalui lini usaha kargo udara, sepanjang tahun 2017 Garuda Indonesia berhasil mengangkut 446.8 ribu ton angkutan kargo, meningkat sebesar 7.4 persen dibandingkan tahun 2016 dengan pendapatan kargo Garuda Indonesia yang meningkat sebesar 8.2 persen menjadi USD 237.1 juta di tahun 2017.

“Adapun mengenai sorotan serikat mengenai pengangkatan direksi Garuda Indonesia sesuai hasil RUPST, bersama ini perlu disampaikan bahwa penentuan susunan dan struktur direksi Garuda Indonesia merupakan kewenangan penuh pemegang saham dan Kementerian BUMN RI,” jelasnya.

Berdasarkan hasil RUPST 2018, pemegang saham juga telah mengakomodir tuntutan serikat sebelumnya dalam kaitan dengan pengurangan jumlah direksi dengan meniadakan posisi direktur produksi dan mengangkat direktur operasi dan direktur teknik. Adapun mengenai penyesuaian susunan direksi yang diputuskan pada RUPST 2018 tersebut tentunya mempertimbangkan tantangan bisnis yang ada dan menyesuaikan dengan volume bisnis perusahaan yang terus meningkat sejalan dengan ekpansi bisnis yang dijalankan perusahaan.

Di tahun 2017, Garuda Indonesia berhasil membukukan pendapatan operasional sebesar USD 4.2 Miliar atau meningkat 8.1 persen dibandingkan tahun 2016. Manajemen juga berhasil merealisasikan peningkatan kapasitas produksi sebesar 13% – 15% yang ditunjang oleh upaya optimalisasi rute dan peningkatan kapasitas armada.
Peningkatan kapasitas produksi tersebut salah satunya juga dilakukan dengan meningkatkan utilitas pesawat yang pada tahun 2017 sebesar 9 jam 36 menit ditargetkan menjadi 10 jam 24 menit di tahun 2018.

“Mengenai sorotan kinerja keuangan, Garuda Indonesia juga berhasil menekan tren kerugian dari 1Q-2017 sebesar USD 99.1 juta menjadi USD 38.9 pada 2Q-2017. Garuda Indonesia juga telah berhasil membukukan laba operasi sebesar USD 61.9 juta pada periode 3Q-2017 (diluar tax amnesty dan extraordinary items sebesar USD 145 juta). Jumlah itu naik 216.1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” pungkasnya.

Page 5: Ada “Permerkosaan” Regulasi  Garuda

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka