Jakarta, aktual.com – Menurut laporan dari media Amerika Serikat, New York Times, pesawat tempur Israel melepaskan lebih dari 80 bom dalam waktu singkat di Lebanon dengan tujuan menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Laporan tersebut didasarkan pada informasi yang diperoleh dari dua pejabat militer senior Israel.
Sebuah video yang dirilis oleh Militer Israel menunjukkan pesawat tempur sedang lepas landas untuk melancarkan serangan ke Lebanon pada malam pembunuhan Nasrallah, Jumat (27/9/2024).
Menurut laporan New York Times, setidaknya 15 bom penghancur bunker BLU-109 seberat 2.000 pon digunakan dalam serangan tersebut.
Serangan di pinggiran selatan Beirut ini dilaporkan telah menghancurkan setidaknya empat gedung apartemen setinggi tujuh lantai.
Hizbullah sebelumnya telah mengonfirmasi kematian Sekretaris Jenderal mereka, Hassan Nasrallah, akibat serangan udara Israel di kawasan tersebut.
Sejak minggu lalu, Angkatan Udara Israel telah melakukan serangan besar terhadap target Hizbullah di berbagai wilayah Lebanon.
Beberapa serangan presisi juga dilancarkan di Beirut, menewaskan sejumlah komandan tinggi Hizbullah.
Hingga kini, Militer Israel mengklaim telah menyerang ribuan target Hizbullah.
Menurut laporan yang dikutip dari Sputnik-OANA oleh Antara, pengamat mencatat bahwa intensitas serangan Israel terhadap Hizbullah belum pernah setinggi ini sejak Perang Lebanon Kedua tahun 2006.
Sementara itu, laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebutkan bahwa lebih dari 90.000 orang di Lebanon selatan telah mengungsi akibat eskalasi konflik dengan Israel.
Hizbullah merespons dengan meluncurkan roket yang sebagian besar menargetkan wilayah utara Israel. Dalam beberapa hari terakhir, jangkauan serangan roket mereka telah meningkat, dengan pemukiman Israel menghadapi puluhan serangan setiap hari. Beberapa bangunan terkena dampak, menyebabkan cedera. Sebuah rudal yang ditujukan ke Tel Aviv berhasil dihancurkan oleh sistem pertahanan udara.
Ketegangan meningkat setelah militer Israel menyatakan kesiapan untuk operasi darat di Lebanon. Setelah Perang Israel-Lebanon tahun 2006, Dewan Keamanan PBB mengesahkan Resolusi 1701 yang menegaskan kedaulatan Lebanon, penarikan pasukan Israel, serta penempatan pasukan Lebanon dan PBB di wilayah tersebut. Resolusi ini melarang keberadaan formasi paramiliter selain pasukan resmi Lebanon atau PBB di selatan Sungai Litani.
Meski demikian, dalam 18 tahun terakhir, Hizbullah telah memulihkan infrastruktur mereka di Lebanon selatan dan terus meluncurkan serangan ke utara Israel, yang berlangsung hampir setiap hari selama 11 bulan terakhir.
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon semakin tegang sejak dimulainya operasi militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain