1 Januari 2026
Beranda blog Halaman 39763

Menkeu Akui Rupiah Terpengaruh Kondisi Global

Jakarta, Aktual.co —  Menteri Keuangan (menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan penyebab nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar AS adalah kondisi global yang masih mengalami gejolak akibat ketidakpastian di Eropa dan menurunnya harga minyak dunia.

“Ini karena pengaruh eksternal dari kejadian di Eropa dan menurunnya harga minyak yang tendensinya terlalu tajam. Itu mungkin yang menciptakan ketidakpastian di ekonomi global,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (7/1).

Bambang mengatakan rupiah memang belum bisa menguat terhadap dolar AS, meskipun pemerintah telah menurunkan harga BBM, karena kondisi ini disebabkan penguatan dolar AS dan sentimen negatif pelaku pasar dari turunnya harga komoditas.

“Kalau ada kondisi tidak pasti, termasuk penurunan harga minyak, maka harga komoditas turun dan pasti Indonesia dianggap kesulitan karena sebagian ekspornya tergantung komoditas mentah. Jadi sentimennya negatif, meskipun kami sudah membuat kebijakan,” ujarnya.

Ia menambahkan kondisi rupiah yang cenderung berfluktuasi pada awal tahun ini, membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam menetapkan asumsi makro nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, untuk menyusun RAPBN-Perubahan 2015.

“Kira-kira masih Rp12.200. Tahun ini lebih dekat ke Rp12.200 daripada ke Rp12.000, gambarannya seperti itu. Tapi sementara kita masih pakai dulu yang di APBN 2015 (asumsi Rp11.900 per dolar AS). Nanti di pembahasan dengan DPR akan kita lihat lagi,” katanya.

Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi, sempat bergerak melemah 77 poin ke posisi Rp12.722 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp12.645 per dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Cegah Anak Alami Kecelakaan Saat di Mobil dengan Cara Ini

Jakarta, Aktual.co — Siapa mengira, bila kecelakaan mobil bisa menjadi penyebab pertama kematian pada anak usia 1-3 tahun di Amerika Serikat. Terlansir dalam situsnya, American Academy of Pediatric (AAP) melakukan penelitian yang dilakukan di Universitas Michigan, Amerika, kepada lebih dari 22.000 anak, tercatat sebanyak 97 persen anak berusia 1 – 3 tahun terabaikan oleh orang tuanya karena tidak didudukkan di kursi mobil (carseat) khusus anak.  Akibatnya, lebih dari 40 ribu anak berakhir di UGD setiap tahun karena kecelakaan mobil.

Di beberapa negara maju, anak-anak di bawah 12 tahun atau tinggi maksimum 135cm diharuskan menggunakan kursi mobil untuk anak. Walaupun di Indonesia hal ini belum menjadi peraturan yang resmi, banyak orang tua mulai menerapkannya dengan alasan keselamatan.

Terkadang, kursi mobil untuk anak yang tersedia hanya berfungsi sebagai kursi saja dan menyulitkan untuk dibawa bila bepergian keluar kota. Hal inilah yang seringkali menjadi alasan orang tua untuk mengabaikan tanggung jawab ini.
Ragam langkah inovasi demi terciptanya sebuah produk yang nyaman, aman, dan efisien terus dilakukan oleh Trunki, merek terkenal untuk perlengkapan perjalanan anak-anak.  Merek ini mampu menghadirkan sebuah kursi mobil (carseat) khusus anak berwujud ransel.  

Produk ini berupa sebuah ransel yang dapat digunakan sebagai kursi mobil untuk anak.  Boost Apak, yang hadir dengan desain baru Lotus dan Hello Kitty ini, telah disertifikasi regulasi ECE R44.04 untuk grup 2 dan 3, cocok untuk anak-anak usia 4 – 11 tahun.

Merek ini bisa didapatkan dengan harga mulai dari Rp1.499.000.  Ransel ini tidak hanya memberikan fungsi yang diinginkan oleh orang tua tapi juga sekaligus mendidik anak untuk bertanggungjawab dan membawa peralatannya sendiri. Boost Apak dapat diisi oleh mainan anak atau kebutuhan anak selama perjalanan.

Berdasarkan aturan American Academy of Pediatric (AAP) mengenai keselamatan duduk di carseat telah diberlakukan lebih dari setahun. Bahkan, AAP telah merekomendasikan beberapa poin penting seperti anak di bawah 2 tahun harus duduk di kursi jenis rear-facing seats (posisi carseat menghadap belakang), kecuali mereka telah melebihi tinggi atau berat kursi tersebut.  

Adapula anak usia di atas 2 tahun yang melewati batas tinggi atau berat rear-facing seats harus duduk di front-facing seats (menghadap depan) sampai berat dan tingginya mencapai kapasitas tempat duduk.  Lalu, peraturan tentang anak tidak boleh duduk di kursi depan sampai usianya mencapai 13 tahun.

Dengan tempurung keras dari plastik, menjadikan Boost Apak tahan lama. Selain itu, fitur-fitur lain yang membuat Boost Apak sebagai salah satu peralatan yang dibutuhkan anak dalam perjalanan.

Antara lain, panduan sabuk pengaman yang dilipat unik, tombol pelepas untuk proses melipat kembali, kain penutup yang tahan noda dan dapat dilepaskan sehingga memudahkan proses pembersihan, kapasitas lega yang dapat menampung kebutuhan perjalanan, lapisan tebal di bagian belakang yang ergonomis untuk menyokong postur yang baik dan melindungi pertumbuhan tulang punggung, trim yang reflektif untuk visibilitas tinggi hingga Anda dan buah hati Anda dapat terlihat di kegelapan!

Selain itu, Tempurung dalam terbuat dari plastik keras yang dapat melindungi isi ransel Anda, dan terakhir sabuk pengaman yang dapat disesuaikan dengan tinggi anak, memberikan keamanan yang maksimal.  Jika Anda berminat terhadap produk keselamatan anak tersebut bisa menghubungi redaksi Aktual.co. Terima kasih.

Artikel ini ditulis oleh:

Bung Karno, Asia Pasifik dan Hector Charles Bywater

Jakarta, Aktual.co —Ketika tren global memperlihatkan pergeseran konflik antar negara-negara adidaya dari daerah heartland  (daerah jantung) di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah, bergeser ke Asia Pasifik, sontak benak saya teringat kembali dengan Bung Karno, salah seorang pendiri bangsa sekaligus Presiden pertama RI.

Apa peran strategis yang bisa dimainkan oleh Indonesia tatkala konflik global antara Amerika Serikat versus Tiongkok di kawasan Asia Pasifik (baca: Indonesia) semakin menajam dalam beberapa tahun ke depan?

Untuk mencari jawab pertanyaan strategis ini, sekelumit kisah berikut, siapa tahu bisa menggugah sebuah inspirasi baru, agar Indonesia bisa menemukan kembali wibawanya di dunia internasional.

Cerita ini adalah seputar kemampuan Bung Karno meramalkan bakal pecahnya Perang Asia Timur Raya/Asia Pasifik pada dekade 1940-an. Seringkali hal ini disangkut-pautkan dengan ramalan Prabu Jayabaya atau aspek-aspek mistik lainnya. Sehingga kesan yang terbangun kemudian, kemampuan ramalan Bung Karno bakal pecahnya Perang Asia Pasifik yang kemudian beliau yakini akan menjadi momentum bagi Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia, seakan-akan merupakan kontribusi “dunia mistik” belaka. Tanpa melibatkan penalaran dan analisis sama sekali.

Benarkah memang demikian kenyataannya? Ternyata tidak juga. Dari berbagai informasi yang berhasil saya himpun dari berbagai sumber, Bung Karno bisa mengantisipasi bakal terjadinya pergolakan besar di kawasan Asia Pasifik bermula ketika membaca sebuah novel karya Hector Charles Bywater pada 1925. Jadi, sekitar 16 tahun sebelum meletusnya Perang Asia Timur Raya. Jika kita berpatokan sejak Jepang menyerang Pearl Harbour, Hawai pada Desember 1941.

Hector Charles Bywater Dan The Great Pacific War
Kadang dalam bacaan seorang yang jiwanya sudah tercerahkan seperti Bung Karno, meski hanya melalui bahan bacaan sebuah novel, seseorang bisa terinspirasi dan muncul sebuah kesadaran baru untuk membuat sejarah. Inilah yang terjadi pada diri seorang pemuda usia 20-an, Bung Karno, yang kelak menjadi Proklamator dan Presiden Pertama RI.

Charles Hector Bywater, dialah penulis novel The Great Pacific War, yang memicu kesadaran baru Bung Karno, bakal meletuskan perang Pacific dan momentum bagi Indonesia untuk merdeka.

Bywater lahir pada 1884 dan meninggal pada 1940. Wartawan Perang yang menggeluti bidang angkatan laut ini, pada usia 19 memulai debutnya di harian The New York Herald. Dan pernah meliput perang Jepang-Rusia yang meletus pada 1904 dan dimenangkan Jepang pada 1905. 

Sebelum menerbitkan novelnya yang inspiratif The Great Pacific War, Bywater bekerja di London sebagai analis data dan dokumen yang ada di angkatan laut kerajaan Inggris. Juga sebagai koresponden Harian The London Daily Telegraph.

Buku The Great Pacific War itu sendiri, meski hanya sebuah novel, ternyata isinya semacam simulasi mengenai kemungkinan pecah perang antara Amerika dan Jepang, serangkaian gambaran secara rinci serangkaian kegiatan yang mendorong terkondisinya Perang Pasifik.

Dan seperti sejarah membuktikan, ramalan Bywater benar adanya. Dan sejak 1925, diyakini Bung Karno kebenarannya, sehingga dalam berbagai kesempatan, Bung Karno mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa ketika pihak Imperialisme Barat berperang dengan Jepang di kawasan Pasifik, nah saat itulah Indoensia akan menyatakan diri sebagai negara merdeka.

Yang menarik, selepas perang Dunia II, baik Jepang maupun Amerika Serikat sama-sama menganggap penting dan bermanfaat sekali buku The Great Pacific War sebagai sumber utama dan sebagai bahan bagi penyusunan rencana strategi militer.

Saya sudah bisa bayangkan apa kemudian berkecamuk dibenak Bung Karno seusai membaca novel Bywater pada 1927, dua tahun setelah novel ini terbit. Ketika menyadari bahwa Bywater melalui novel ini sebenarnya bermaksud menggambarkan simulasi terjadinya Perang Asia Pasifik, maka Bung Karno yang sejak usia dini sudah terlatih membaca gejala-gejala sosial maupun alam secara intuitif, tidak sekadar rasio dan logika, pastinya dengan mudah akan menyimpulkan bahwa Bywater yang sejatinya merupakan wartawan perang ketimbang semata-mata seorang novelis, bermaksud menyampaikan sebuah informasi intelijen klasifikasi A-1 yang disamarkan melalui sebuah novel bertajuk The Great Pacific War.

Begitulah. Batin atau rohani yang terbuka terhadap sarana-sarana informasi yang tersedia maupun gagasan gagasan inspiratif melalui buku/majalah, bisa melahirkan orang-orang yang menciptakan sejarah. Dalam kasus Bapak pendiri bangsa Indonesia, sebuah novel pun ternyata bisa menggugah dan member inspirasi pada Presiden pertama RI tersebut.

Ternyata seseorang sekalibier Bung Karno, bisa tercerahkan pikiran dan jiwanya bukan oleh sebuah buku karya Ilmuwan yang bergelar Ddan asyik sama dirinya sendiri, melainkan gara gara sebuah buku novel karya seorang wartawan perang Inggris yang kebetulan secara intensif menekuni bidang militer, khususnya angkatan laut, dan intelijen.

Sehingga Bung Karno bisa meramal bakal pecah perang pasifik antara Amerika dan Jepang, dan karenanya melihat peluang buat Indonesia merdeka. Yang lebih menakjubkan lagi, Bung Karno membaca karya Bywater ini pada 1927, berarti ketika Bung Karno berusia 26 tahun.

Sayang sekali, Bung Karno tak sempat bertemu muka secara langsung dengan Bywater.  Sebab pas pecah Perang Pasfik dan Jepang menginvasi Indonesia pada 1942, Bywater keburu meninggal karena koresponden Harian The London Daily Telegraph tersebut meninggal pada 1940. Jadi dua tahun sebelum Jepang menginvasi Indonesia.

Bukti nyata bahwa novel karya Bywater tersebut sejatinya merupakan kisah nyata dan bukan fiktif, terungkap setelah berakhirnya Perang Dunia II. Ketika Amerika dan Jepang sama-sama mengakui bahwa buku karya Bywater ini merupakan sumber utama bagi kedua negara dalam merancang strategi militer selama perang tersebut berkecamuk.

Pesan moral dari kisah ini untuk kita-kita saat ini tentunya amat penting. Betapa ternyata,  intelektual dan politisi kelas satu sekaliber Bung Karno, bisa tercerahkan jiwa dan pikirannya justru oleh buku novel karya seorang wartawan perang yang kebetulan menekuni berbagai seluk beluk kemiliteran khususnya angkatan laut dan intelijen. Dan bukan dari seorang ilmuwan teoritis yang asyik sendiri di kampus atau menara gading.

Oleh: Redaktur Senior Aktual, Hendrajit

Saksi: Teuku Bagus Giring Duta Sari Jadi Subkon Adhi Karya

Jakarta, Aktual.co — Mantan Manager Estimating Divisi Konstruksi I PT Adhi Karya, Yuli Nurwanto menyebut Kepala Devisi I PT Adhi Karya Tueku Bagus M Noor, merupakan pejabat yang ingin menjadikan PT Dutasari Citra Laras (DCL) sebagai subkontraktor proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Yuli, terdakwa Teuku Bagus meminta agar PT DCL menjadi sub kontraktor dalam proyek Rp 2,5 trilyun. PT DCL merupakan perusahaan yang menjadi subkontraktor yang mengerjakan  mekanikal elektrikal (ME).
“Pak Teuku Bagus meminta melibatkan Pak Machfud Suroso. Pas ada penawaran dilibatkan,” ungkap Yuli saat bersaksi untuk terdakwa Machfud Suroso di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (7/1).
Yuli sendiri mengaku lupa kapan pastinya kali pertama mengenal Machfud. Dia hanya memperkirakan perkenalan itu antara tahun 2006 atau 2007 saat PT Adhi Karya tengah mencari penyedia yang mengerjakan ME proyek Hambalang.
Atas jawaban itu, Jaksa KPK langsung menyoal apakah PT Adhi Karya akhirnya memenangkan PT DCL sebagai subkotraktor ME Hambalang. Yuli pun membenarkannya karena PT DCL menjadi subkontraktor dan mengerjakan ME Hambalang.
“Secara kasat mata ada kemungkinan ke situ,” imbuh Yuli.
Kemudian Yuli membeberkan proses dan negosiasi antara PT Adhi Karya dengan PT DCL. Bahwa nilai kontrak awal hanya sebesar Rp 245 milyar dan menyerahkan nilai hasil negosiasi tersebut kepada Adhi Karya.
“Nilai kontrak kita hitung menjadi Rp 245 milyar. Penawaran terdakwa hampir Rp 300 milyar,” katanya.
Sedangkan adanya peningkatan nilai kontrak dari nilai yang awalnya disepakati Rp 245 milyar menjadi Rp 295 milyar, Yuli berdalih tidak mengetahuinya dengan alasan setelah menyerahkannya ke tim KSO timnya sudah tidak mengetahuinya lagi. Ia baru mengetahui setelah kasus Hambalang menyeruak ke publik.
Senada dengan Yuli, Bambang Mintarto selaku karyawan PT Adhi Karya itu juga menyebut bahwa PT Adhi Karya menginginkan agar PT DCL menjadi subkontaktor proyek Hambalang.
“Kabarnya begitu. Akan jadi subkon Hambalang. Itu saya dengar dari Pak Yuli,” ujarnya.
Soal lonjakan nilai kontrak mekanikal-elektrikal PT DCL, Bambang juga mengaku tidak paham. “Belum tahu Pak. Pas lagi ramai-ramainya Hambalang saya tanya Pak Hendro (Project Manager KSO Adhi-Wika di proyek Hambalang Purwadi Hendro Pratomo), ‘Pak Hendro kok segini?’ Pak Hendro senyum-senyum saja,” tutur Bambang.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby

Agen Timbun Gas Elpiji akan Dikenakan Sanksi

Semarang, Aktual.co — External Relation PT Pertamina Jateng-DIY, Robert MV menyatakan bahwa pihaknya belum mengenakan sanksi terhadap agen yang menimbun LPG (elpiji).
“Kita juga sudah kordinasi dengan Pemda dalam rangka monitoring dan evaluasi konsumsi, serta kesediaan LPG di lapangan. Kita juga menggunakan Simolek sebagai sistem monitoring dari Pertamina,” kata dia, kepada Aktual.co, Rabu (7/1).
PT Pertamina (Persero) menjamin pangkalan maupun agen tidak akan mengalami kelangkaan maupun melambungnya harga gas elpiji subsidi ukuran 3 kg. Pasalnya, pihak Pertamina sudah mengantisipasi pengawasan harga bersama pemerintah daerah maupun distribusi tambahan.
“Agen dan pangkalan pasti ada barangnya, karena pertamina sudah memberikan extra dropping. Pertamina juga sediakan LPG 3 kg dan 12 kg di atas rata-rata normal untuk antisipasi peningkatan konsumsi,” kata dia.
Sebelumnya, pengecer gas elpiji berada di luar jalur distribusi resmi Pertamina, sehingga tidak ada otoritas untuk memberikan sanksi.
Mekanisme distribusi LPG itu dari agen ke Pertamina, dan dari pangkalan ke agen. Sedangkan, penetapan harga standar/Harga Eceran Tertinggi (HET) resmi ditentukan oleh Pemerintah Daerah setempat. Selain itu, untuk pengawasan berada di Pemda yang telah membentuk tim pengawasan LPG.

Artikel ini ditulis oleh:

Pengamat Heran dengan Sikap Pemerintahan Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Penetapan harga bahan bakar minyak dan elpiji berukuran 12 kilogram yang diterapkan pemerintah Joko Widodo lebih mahal dibandingkan harga yang beredar di pasaran. Indonesia Corruption Watch menilai, mahalnya harga BBM dan elpiji nonsubsidi berpotensi menimbulkan penyimpangan Rp 2,479 triliun.

Pengamat Politik Anggaran Uchok Sky Khadafi mengaku heran dengan sikap pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menaikan dan menurunkan harga-harga kebutuhan masyarakat. “Saking banyaknya masalah saat ini, orang sampai bingung mau menyikapi yang mana. Semua terlihat ngawur dan tidak jelas,” kata dia ketika dihubungi Aktual.co, Rabu (7/1).

Dia pun mengaku heran dengan sikap pemerintahan Jokowi saat ini. Apalagi masyarakat hidup susah karena berbagai kebijakannya yang tidak pro rakyat. “Kebijakan menaikan BBM dan elpiji yang membuat harga-harga kebutuhan melonjak seperti tidak dirasakannya, padahal masyarakat sudah menjerit semuanya.”

Dia pun menilai, Jokowi telah merusak tema-tema kampanye yang dia gembar gemborkan selama kampanye. “Seperti bawa perubahan, mana yang berubah?Kecuali yang negatif, perubahan  yang positif belum ada  yang tercatat. Revolusi mental yang digembar gemborkan juga tidak terlihat dan tidak ada wujudnya. Kalau revolusi mental harusnya ada gerakan yang masif dong, tapi ini tidak ada kan.”

Laporan: Wisnu Yusep

Berita Lain