25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 42264

Mengenal Lebih Dekat Sosok 5 Guru Besar di Kabinet Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Presiden Joko Widodo pada Minggu (26/10) di Istana Merdeka, Jakarta telah mengumumkan 34 nama menteri yang tergabung dalam Kabinet Kerja 2009-2014 dengan komposisi 14 orang dari partai politik dan 20 orang dari kalangan profesional.
Sebanyak 72 persen atau 20 orang kalangan profesional berasal dari berbagai latar belakang dan sejumlah prestasi akademis yang diraih. Gelar Guru Besar turut menjadi pertimbangan bagi Presiden Joko Widodo untuk menempatkan seseorang di kementerian dalam Kabinet Kerja.
Sebanyak lima orang dengan gelar Guru Besar mengisi kursi kementerian pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yakni 1. Pratikno sebagai Menteri Sekretaris Negara2. Bambang Brodjonegoro sebagai Menteri Keuangan3. Nila Djuwita Anfasa Moeloek sebagai Menteri Kesehatan4. Muhammad Nasir sebagai Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi5. Yohana Susana Yembise sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Sosiolog sekaligus Guru Besar FISIP Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo, mengatakan pertimbangan Presiden untuk memilih Guru Besar menjadi menteri adalah suatu yang wajar.
“Kalau jumlah Guru Besarnya berkisar antara tiga sampai lima orang, saya kira itu wajar. Saya juga melihat riwayat akademis Guru Besar tersebut sudah sesuai dengan kementerian yang dijabatnya,” kata Paulus saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Pakar sosiolog itu mengatakan beberapa Guru Besar yang dijadikan menteri tepat sasaran, salah satunya Pratikno. Ia menilai penunjukan Pratikno sebagai Menteri Sekretaris Negara sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
1. PratiknoBerbagai sumber menyebutkan, Pratikno yang lahir di Bojonegoro pada 13 Februari 1962 ini menyelesaikan studi sarjananya di Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Gadjah Mada (1985), program master di Development Administration Universitas Birmingham, Inggris (1990), dan program doktor di Ilmu Politik UGM (2008).
Pria yang baru saja terpilih sebagai Rektor (UGM) Yogyakarta pada Maret 2012 itu juga meraih gelar Profesor bidang Ilmu Politik dari UGM pada Desember 2008 serta gelar doktor di Flinders University of South Australia jurusan Asian Studies (1997).
2. Muhammad NasirSelain Pratikno, Guru Besar yang juga menjabat sebagai rektor ialah Muhammad Nasir. Nasir pun baru saja terpilih sebagai Rektor Universitas Diponegoro, Semarang, namun dirinya belum sempat menjalani pelantikan yang rencananya digelar pada 18 Desember 2014.
Pria kelahiran 27 Juni 1960 (54 tahun), Ngawi, Jawa Timur ini juga menyandang gelar profesor di bidang “Behavioral Accounting dan Management Accounting.” Nasir menyelesaikan S1-nya di Undip, kemudian S2-nya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan meraih gelar PhD-nya di University Sains Malaysia tahun 2004.
3. Bambang BrodjonegoroSelain Pratikno dan Muhammad Nasir, gelar Guru Besar juga disandang oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
Bambang sebelumnya menjadi Wakil Menteri Keuangan pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II era pemerintahan Presiden SBY. Di Kabinet Kerja ini, Bambang dipercaya untuk mengisi posisi puncak Kementerian Keuangan menggantikan Muhammad Chatib Basri.
Putra bungsu (alm) Soemantri Brodjonegoro ini dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi UI dan tercatat sebagai satu-satunya dekan di institusi tersebut yang usianya masih di bawah 40 tahun saat diangkat.
Bambang mengenyam pendidikan sarjana di Ekonomi Pembangunan dan Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1990), tingkat master di Universitas Illinois, Amerika Serikat, sekaligus melanjutkan program doktoral di universitas yang sama hingga 1995.
4. Nila Djuwita Anfasa MoeloekSelain Menteri Keuangan, jabatan Menteri Kesehatan pada Kabinet Kerja 2014-2019 juga diisi oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, yakni Nila Djuwita Anfasa Moeloek.
Dokter yang ahli dibidang oftalmologi atau ilmu penyakit mata ini mengawali pendidikannya di FKUI Jakarta kemudian melanjutkan studi di bidang ophtalmology dan berhasil meraih gelar spesialis mata (SpM) enam tahun berikutnya.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Mata (Perdami) tersebut juga pernah belajar subspesialisasi di International Fellowship di Orbita Centre, University of Amsterdam, Belanda dan di Kobe University, Jepang.
5. Yohana Susana YembiseNila Moeloek bukanlah satu-satunya wanita bergelar Guru Besar yang menjabat menteri. Selain dia, Yohana Susana Yembise ialah wanita bergelar Guru Besar asal Papua yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Yohana adalah wanita Papua pertama yang diberi gelar Guru Besar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai profesor doktor bidang silabus desain dan “material development”.
Wanita kelahiran Manokwari, 1 Oktober 1958 ini dikukuhkan menjadi profesor doktor oleh Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua.
Yohana menempuh pendidikan sarjana pada program studi bahasa Inggris Universitas Cenderawasih. Semasa kuliah, dia bekerja sebagai asisten dosen di program studi yang digelutinya selama tiga tahun yakni sejak 1983-1986 kemudian enjadi dosen sejak 1987 sampai sekarang.
Kalangan Profesional Penunjukan sejumlah Guru Besar menjadi menteri tentunya menjadi kewajaran karena kalangan profesional memiliki keahlian di bidang masing-masing dengan latar belakang pendidikan yang gemilang.
Kendati demikian, ada anggapan bahwa kalangan profesional tersebut tidak sepenuhnya dipertimbangkan dari sisi akademis, namun jaringan politik serta kedekatan terhadap koalisi Indonesia Hebat yang turut menjadi faktor.
Menurut Guru Besar FISIP Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo, penunjukan lima Guru Besar di atas menjadi menteri dalam Kabinet Kerja tentunya menjadi hak prerogatif Presiden. Pertimbangan pun didasarkan pada beberapa faktor, antara lain bidang yang digeluti sejumlah Guru Besar tersebut, asal institusi pendidikan, serta kepentingan profesional yang tidak dapat dilepaskan.

Artikel ini ditulis oleh:

Perempuan-perempuan “Istimewa” di Kabinet Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Perempuan tampaknya ditempatkan secara “istimewa” dalam Kabinet Kerja ala Presiden Joko Widodo (Jokowi) – Jusuf Kalla (JK), karena dari 34 pembantu presiden alias menteri terdapat delapan perempuan atau 23,5 persen.
Kedelapan perempuan itu adalah:1. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani2. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti3. Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari4. Menteri BUMN Rini M Soemarno5. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya6. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek7. Menteri Sosial Khofifah Indra Parawansa8. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.
Dalam sejarah pemerintahan di Indonesia, bisa jadi kabinet yang menempatkan perempuan cukup banyak baru kabinet ala Jokowi-JK kali ini.
Keistimewaan perempuan ini juga tampak tatkala Presiden Jokowi mengumumkan nama-nama para menteri dalam Kabinet Kerja di halaman Istana Merdeka, Minggu (26/20) petang.
Para menteri yang namanya disebutkan, diminta lari untuk diperkenalkan kepada awak media. Namun, saat memanggil Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang spontan lari begitu namanya disebut, oleh Jokowi langsung diminta “Bu nggak usah lari Bu”.
Kabinet Kerja menempatkan perempuan “istimewa”, seperti dua orang di antara pernah menjadi menteri di era presiden sebelumnya, yaitu Menteri Sosial Khofifah Indra Parawansa yang merupakan Menteri Pemberdayaan Perempuan di kabinet Presiden ke-4 Gus Dur, sedangkan Menteri BUMN Rini M Soemarno adalah Menperindag di era Presiden ke-5 Megawati.
Sementara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise juga “istimewa”, karena dia merupakan profesor atau guru besar perempuan pertama asal Papua.
Lain halnya dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, merupakan putri atau anak dari Presiden perempuan pertama RI, yaitu Megawati, yang juga Ketua Umum DPP PDIP.
Ada juga menteri parempuan yang di era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono yang batal jadi menteri karena tidak lolos tes kesehatan, yaitu Nila F Moeloek, namun oleh Jokowi justru ditugasi menjadi Menkes.
Keistimewaan lainnya yaitu Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari yang merupakan Menlu perempuan pertama di Tanah Air.
Apresiasi atas “keistimewaan” itu datang dari Linda Amalia Sari Gumelar yang pernah menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabinet Indonesia Bersatu II.
“Saya mengapresiasi jumlah perempuan yang sebanyak delapan orang pada kabinet kerja,” kata Linda Amalia Sari Gumelar di Jakarta, Senin.
Linda menjelaskan hal itu menunjukkan komitmen dari Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk meningkatkan program pemberdayaan perempuan.
“Ini juga merupakan langkah maju dari program kesetaraan gender,” ucapnya.
Dia berharap delapan perempuan yang diberi kepercayaan memangku jabatan menteri pada Kabinet Kerja dapat bekerja optimal.
“Dengan demikian bisa menjadi inspirasi bagi seluruh kaum perempuan di Tanah Air,” ujarnya, menegaskan.
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan menteri-menteri di Kabinet Kerja harus menjadi panutan sehat.
“Menteri harus menjadi figur panutan hidup sehat bagi semua anak Indonesia, termasuk tidak menjadi perokok,” tukas Susanto.
Susanto menjelaskan menteri seyogyanya tidak merokok karena akan menjadi contoh buruk. Salah satu menteri di Kabinet Kerja yakni Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, menjadi perbincangan di jagad dunia maya karena merokok.
Sebagian besar netizen mengkritik penampilan Susi saat diwawancarai TV. Saat itu, tangannya memegang rokok.
“KPAI berharap kabinet kerja mampu mengatasnamakan perlindungan anak di setiap kebijakan pembangunan serta menjadi indikator figur ramah anak,” jelas dia.
Dia juga berharap para menteri tidak menjadi pelaku kekerasan atau pengabaian terhadap anak.

Artikel ini ditulis oleh:

Menpora Diharapkan Bisa “Blusukan”

Jakarta, Aktual.co — Wakil Sekjen Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI), Abdurrahim, mengharapkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) baru, Imam Nahrawi “blusukan” melihat kondisi olahragawan di Tanah Air dan mencarikan solusinya.

“Agar Menpora yang baru bisa memberikan pencerahan bagi olahraga Indonesia, bisa mendengarkan keluhan-keluhan dan kehendak olahragawan,” kata Abdurrahim di Jakarta, Senin (27/10).

Abdurrahim berharap, Menpora segera mengumpulkan segenap pengurus besar olahraga untuk menanyakan langsung apa saja kendala dan permasalahan di lapangan, agar terjalin sinergi antara pemerintah dan pelaku olahraga.

Semoga pembinaan olahraga berjalan secara baik, teratur, dan berkesinambungan, katanya. Selain itu, mudah-mudahan dana dari pemerintah tidak tersendat supaya program latihan atlet berjalan sebagaimana mestinya.

Ia menyebutkan bahwa kendala yang paling sering dihadapi adalah tersendatnya pencairan dana dari pemerintah sebagai penunjang kegiatan olahraga. Padahal, kata dia, hal tersebut berpengaruh pada pembinaan olahraga.

“Kalau dananya tersendat, pembinaan bisa terganggu, mau uji coba tapi dananya belum siap maka pembinaan akan terganggu, itu dampaknya besar bagi pembinaan itu sendiri,” kata dia.

Ia berharap Imam Nahrawi meneruskan kebiasaan Joko Widodo (kini Presiden) yang sewaktu menjadi Gubernur DKI Jakarta sering “blusukan”.

Menpora, katanya, perlu “blusukan”, khususnya dalam mempersiapkan tim untuk Sea Games 2015, dan tuan rumah Asian Games 2018.

“Harus seperti Jokowi, datang, melihat, dan kalau perlu tinjau langsung bagaimana aktivitasnya, tempatnya bagaimana, apa alat yang dipakai, begitu juga dengan yang lain,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Urusan Parkiran di Jakarta Diusulkan Dikelola Swasta

Jakarta, Aktual.co —Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik mengusulkan pengelolaan parkir di Jakarta diserahkan penanganannya ke swasta.
“Kalau diswastakan pemerintah provinsi tinggal narik retribusinya. Ngapain pemda mengurusnya. Apalagi kontribusinya jelas,” kata politisi Gerindra itu di Jakarta, Senin (27/10).
Jika parkir dikelola swasta dan mengalihkan ke parkir gedung, kata Taufik, maka penyiapan sarana dan prasarananya akan dilakukan pihak ketiga melalui survei untuk memastikan peluang usaha.
Sehingga Pemda tak perlu lagi memikirkan soal gedung atau lahannya. “Ini pasti akan lebih baik,” kata Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta ini.
Terkait penertiban yang dilakukan Dinas Perhubungan DKI instansi terhadap praktik parkir liar, menurutnya bisa dilakukan asal lahan parkirnya sudah disediakan.
“Masa larang parkir tapi nggak tahu parkirnya di mana. Harus dipahami bahwa ketika membawa kendaraan itu adalah bagian dari kebutuhan karena angkutan umum belum memadai,” katanya.
Apalagi, kata dia, warga naik angkutan umum karena terpaksa.
Sebelumnya, Pakar Perkotaan Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengusulkan Pemerintah Provinsi DKI mengalihkan parkir sisi jalan ke parkir gedung seperti yang sudah dilakukan di sejumlah negara.
Model parkir ini selain memberikan kontribusi juga dapat mengatasi kemacetan lalu lintas yang salah satunya diakibatkan oleh parkir kendaraan di sisi jalan.

Artikel ini ditulis oleh:

Rossi Gembira Bisa Naik Podium di Sirkuit Sepang

Jakarta, Aktual.co — Pebalap MotoGP dari tim Yamaha Moviestar, Valentino Rossi, mengungkapkan kegembiraannya setelah berhasil kembali naik podium di Sirkuit Sepang, Malaysia, Minggu (26/10).

“Sudah lama saya tidak naik podium di Malaysia. Tahun lalu saya frustasi karena kalah sepuluh detik dari posisi pertama. Meski hanya di tempat kedua, saya tidak peduli, ini kemenangan yang fantastis,” tutur pebalap berusia 33 tahun, seperti dilansir dari Crash.net, Senin (27/10).

Untuk diketahui, pengoleksi tujuh gelar juara dunia MotoGP itu, terkahir kali bisa merasakan dinginnya ‘sampanye’ di atas podium di sirkuit Sepang, Malaysia, adalah pada 2010 silam. Tiga musim selanjutnya, Rossi praktis tidak pernah menyentuh podium di sirkuit yang mempunyai panjang 5.5 km.

Pada balapan tersebut, The Doctor (julukan Rossi) yang memulai lomba dari posisi ke-enam, berhasil merangsek hingga finis di posisi kedua di atas rekan setimnya, Jorge Lorenzo.

Namun, ketahanan fisik yang tidak semaksimal ketika muda, membuat dirinya harus rela disalip oleh pemegang juara dunia MotoGp 2014, Marc Marquez, pada lap ke-11. Meski begitu, Rossi tetap bangga dengan raihan yang telah dia capai.

“Kami membuat langkah yang fantastis dalam lomba. Saya akui bahwa kekurangan saya adalah pada ketahanan fisik. Tapi bagaimanapun, podium kedua adalah yang terbaik,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Pria Rendah Hati Itu Kini Jadi Menteri di Kabinet Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Kalau ditanya, seberapa ramahnya Anies Baswedan? Silahkan Anda bertanya dengan tetangga-tetangga rumahnya di bilangan Jakarta Selatan.
Halaman rumah Anies yang berada di Jalan Lebak Bulus I, Jakarta Selatan, dijadikan arena bermain anak-anak usia TK dan Sekolah Dasar.
Belasan anak-anak sedang asyik bermain di halaman berumput hijau, menjelang pengumuman susunan kabinet.
“Kami tidak takut bermain di sini. Kenal kok dengan Pak Anies, orangnya baik,” kata murid kelas empat SD yang bermain di sana, Annisa (10).
Annisa mengaku Pak Anies, sapaannya pada Anies Baswedan, tidak marah jika dirinya dan teman-temanya bermain di halaman rumahnya. “Asal jangan berisik saja,” katanya.
Ia suka bermain di rumah Rektor Universitas Paramadina itu karena mempunyai halaman rumput hijau dan tak berpagar.
Bahkan tak jarang, anak-anak itu bermain dengan anak-anak Anies Baswedan di dalam rumah itu. Keempat anak Anies, yakni Mutiara, Mikail, Kaisar dan Ismail.
Pedagang yang kerap melintas di rumah Anies Baswedan, Maimunah (45), mengaku Anies Baswedan bukanlah orang yang sombong.
“Pak Anies membolehkan anak-anak bermain di rumahnya,” kata Maimunah.
Panji Pratama (27), seorang pengagum atau fans Anies Baswedan, mengaku gembira dengan penunjukan Anies Baswedan sebagai Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah oleh Presiden Joko Widodo.
“Beliau orangnya rendah hati. Tercermin dari tutur katanya yang santun,” ucap Panji.
Panji yang mantan jurnalis itu mengaku kagum dengan Anies Baswedan sejak 2004. Ketika itu, Anies tampil menjadi moderator debat capres.
“Pak Anies sosok yang cerdas dan tulus, serta menginspirasi lewat retorika dan gerakannya,” kata Panji.
Tingkatkan Kualitas Pendidikan Begitu diamanatkan menjadi Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah pada Kabinet Kerja, keinginan utama Anies adalah meningkatkan kualitas pendidikan.
“Pendidikan adalah hal mendasar. Kualitas manusia ditentukan oleh pendidikan, kesehatan dan kesejahteraannya,” ujar Anies.
Pendidikan, kata mantan juru bicara Joko Widodo-Jusuf Kalla saat pilpres itu, menjadi hal yang krusial pada masa depan. Apalagi ‘kita’ kini berada di era global.
“Karena itu kita dorong kualitasnya meningkat. Saat Indonesia merdeka, angka melek huruf lima persen, saat ini meningkat menjadi 95 persen,” ungkapnya.
Penggagas Indonesia Mengajar itu mengajak seluruh masyarakat terdidik untuk ikut serta memajukan pendidikan Indonesia.
“Pendidikan jangan dipandang hanya tanggung jawab negara, tapi juga moral setiap orang terdidik. Pendidikan masalah bersama. Jadi setiap orang terlibat,” ujar cucu pejuang kemerdekaan, Abdurrahman Baswedan itu.
Guru Kunci Utama Pemilik nama lengkap Anies Rasyid Baswedan itu mengatakan kualitas guru merupakan kunci utama pendidikan.
“Sehebat apa pun kurikulum dan gedung pendidikan, tapi yang menjadi kunci utamanya guru,” imbuhnya.
Anies menjabarkan kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Apa yang diberikan kepada anak-anak harus sesuai dengan tantangan zaman.
Meski demikian, dia menegaskan bahwa kunci utama itu adalah guru. Kalau gurunya bermasalah, ya anak didiknya juga bermasalah.
Kemudian, kunci kualitas pendidikan yang kedua adalah kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kualitas sekolah itu.
“Antara guru dan kepala sekolah perlu mendapat perhatian yang lebih,” ucapnya singkat.
Anies Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969. Anak dari pasangan Rasyid Baswedan (Mantan Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia) dan Aliyah (Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta.
Semenjak sekolah, Anies aktif di berbagai kegiatan organisasi dan ikut dalam pertukaran pelajar di luar negeri.
Anies menghabiskan masa kecil hingga sarjananya di Yogyakarta. Lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, kemudian pascasarjana Kebijakan Publik Universitas Maryland, dan meraih gelar doktor Ilmu Politik dari Universitas Northern Illinois.
Anies merupakan rektor termuda yang dilantik pada 2007. Saat itu, ia berusia 38 tahun.
Pria ramah itu juga mempelopori berbagai gerakan inspirasional yakni gerakan Indonesia Mengajar, Indonesia Menyala, Turun Tangan, dan Kelas Inspirasi.
Indonesia mengajar adalah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. Lalu, Indonesia Menyala adalah gerakan buku dan perpustakaan yang diinisiasikan oleh Gerakan Indonesia Mengajar.
Sementara Kelas Inspirasi adalah gerakan yang bertujuan untuk menginspirasi murid SD dengan cara mengundang profesional untuk berbagi cerita tentang profesi.
“Kalau Indonesia Mengajar adalah bagian dari cara melunasi janji kemerdekaan khususnya di bidang pendidikan, maka Gerakan Turun Tangan mengajak semua orang untuk mau repot-repot menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa,” jelasnya.
Majalah Foreign Policy mencatat Anies masuk dalam daftar intelektual publik dunia pada 2008. Ia merupakan satu-satunya figur dari Indonesia dan Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 100 intelektual dunia.
Pada 2010, Royal Islamic Strategic Centre, Yordania menempatkan Anies Baswedan sebagai salah satu dari 500 orang di seluruh dunia yang dianggap sebagai muslim berpengaruh dunia.
Anies juga mengikuti konvensi Partai Demokrat untuk memperebutkan kursi calon presiden pada Pemilu 2014, namun kemudian kandas dan akhirnya mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 9 Juli lalu.
Dan kini, lelaki rendah hati itu pun terpilih menjadi dari kelompok profesional

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain