Jakarta, Aktual.com – Menjelang Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek, pasar rempah China menunjukkan peningkatan, terutama di Pasar Perdagangan Rempah-rempah Internasional Yulin, Guangxi, China selatan.
“Rempah-rempah dari Indonesia ini memiliki kualitas yang bagus dan sangat penting bagi banyak perusahaan pengolahan makanan. Prospek pasarnya sangat menjanjikan,” kata pemimpin Guangxi Gui Baiwei Agricultural Products Co., LTD, Qin Feng.
Pasar Yulin, sebagai pusat budi daya dan distribusi rempah-rempah utama di China dan Asia Tenggara, menjadi platform pertemuan cita rasa dari seluruh dunia.
“Hampir 30 jenis rempah-rempah seperti lada, cengkeh, dan jintan diimpor dari berbagai negara dan dijual ke seluruh dunia,” ungkapnya.
Yulin, sebagai simpul utama Jalur Sutra Maritim kuno, kini memainkan peran sentral dalam perdagangan rempah-rempah. Hingga 80 persen perdagangan rempah-rempah domestik dan lebih dari dua pertiga perdagangan rempah-rempah dunia melalui Yulin.
Dalam kerangka acara China-ASEAN Expo, Yulin menggelar pameran Rempah-rempah China-ASEAN Expo, mengundang negara-negara seperti Indonesia untuk berpartisipasi dan berbagi peluang kerja sama baru.
“Yulin dan Indonesia merupakan tempat produksi dan transportasi yang penting bagi komoditas rempah-rempah, dan inilah salah satu alasan saya memilih Indonesia,” kata Qin.
Indonesia kaya akan rempah-rempah dan memiliki reputasi sebagai negara penghasil rempah-rempah. Sejarah mencatat bahwa sejak Abad Pertengahan, Indonesia telah menjadi salah satu pemasok rempah-rempah penting di dunia. Untuk mendorong perkembangan industri rempah-rempah yang baik, Indonesia telah mengambil serangkaian langkah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk meningkatkan publisitas, mempromosikan ekspor, membudidayakan spesies baru, dan meningkatkan produksi.
Saat ini, permintaan dunia yang terus meningkat akan rempah-rempah telah memberikan ruang pasar yang besar bagi industri rempah-rempah global. Tuntutan pasar yang terus meningkat akan rempah-rempah berkualitas serta varietas rempah-rempah baru juga memberikan keuntungan bagi Indonesia, yang memiliki sumber daya alam yang unggul dan beragam, serta kekayaan rempah Indonesia mendulang popularitas di kancah dunia
Pada September tahun lalu, delegasi dari Indonesia mengunjungi pasar rempah-rempah dan menandatangani perjanjian kerja sama strategis. “China-ASEAN Expo juga telah menyediakan platform kerja sama bagi kami, dan perusahaan tersebut mengimpor rempah-rempah senilai lebih dari 50 juta RMB dari Indonesia setiap tahunnya,” kata Qin Feng.
Dengan semakin banyaknya rempah-rempah Indonesia yang masuk ke China, banyak orang Indonesia di China yang dapat merasakan cita rasa kampung halaman. Meili, seorang guru asal Bandung di Universitas Guangxi Minzu, sangat antusias untuk kembali mencicipi cita rasa kampung halamannya setelah tinggal di China selama 18 tahun dan dia kini menjadi menantu perempuan dari keluarga China.
“Iklim Guangxi dan Indonesia mirip dan buah dengan sausnya hampir sama. Setiap menyantap makanan yang mengandung kencur di sebuah restoran, saya merasa seperti di kampung halaman sendiri,” kata Meili.
Dia percaya bahwa China dan Indonesia memiliki sejarah persahabatan yang panjang. Guangxi, sebagai pintu gerbang perbatasan yang menghubungkan China dan ASEAN, telah menjalin kerja sama dan pertukaran yang erat dengan Indonesia di berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan dan budaya dalam beberapa tahun terakhir, dan kedua bangsa telah menjalin persahabatan yang erat.
Qin mengatakan bahwa dia juga harus memahami budaya mereka agar dapat melakukan pertukaran dan kerja sama yang lebih baik dalam berbisnis dengan masyarakat Indonesia. “Saya rasa rempah-rempah juga menjadi jembatan kerja sama kita dengan Indonesia,” kata Qin Feng. Ia menambahkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 20 perusahaan yang bekerja sama dengan Indonesia di pasar rempah-rempah.
Guangxi, yang terletak di sebuah titik penting dalam wilayah cakupan RCEP, merupakan jembatan penghubung ASEAN, dengan berbagai keunggulan yang saling melengkapi seperti lokasi, transportasi, kebijakan, dan sumber daya. Guangxi diarahkan untuk membangun rantai industri, rantai pasokan, dan rantai nilai lintas perbatasan dengan ASEAN. Penerapan RCEP yang efektif memberikan momentum baru ke dalam Zona Perdagangan Bebas Guangxi untuk membangun perekonomian terbuka tingkat tinggi dan Qin Feng berharap dapat mengembangkan bisnisnya menjadi lebih besar dengan latar belakang yang menguntungkan tersebut.
Menjelang Tahun Baru Imlek, Qin terus memikirkan cara untuk lebih lanjut meningkatkan kerja sama dan menjajaki pasar rempah-rempah di Indonesia. “Dulu kami berkomunikasi lewat telepon, dan saya langsung menghubungi Kamar Dagang dan Industri Indonesia, dan mereka membantu menghubungkan kami dengan para pabrikan,” kata Qin.
Alih-alih menggunakan cara lama untuk berkomunikasi, Qin berencana mengunjungi basis produksi rempah-rempah di Indonesia untuk membahas kerja sama lebih lanjut. Dia yakin impor dan ekspor semakin mudah, dan terdapat lebih dari 20 negara dan kawasan yang bekerja sama dengan perusahaannya, dan impor bahan baku rempah-rempah pada dasarnya telah mencakup seluruh negara Asia Tenggara.
“Kerja sama antara China dan Indonesia selama ini berjalan dengan baik, dan kami berharap kedua negara akan terus memperdalam kerja sama dan mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan lebih baik,” papar Qin Feng.
Artikel ini ditulis oleh:
Jalil