Jakarta, Aktual.com-Anggota Komisi II DPR Arteria Dahlan menolak wacana pengkajian kenaikan harga rokok hingga dua kali lipat atau menjadi Rp 50 ribu per bungkus oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC).

Sebab bagaimanapun, kata dia, industri rokok secara langsung maupun ‎tidak sudah membantu perekonomian Indonesia. Untuk alasan itu lah, Arteria meminta pemerintah tidak bereksperimen terkait wacana kenaikan harga rokok yang menyangkut hajat orang banyak, khususnya para pekerja industri rokok.

“Suka atau tidak suka industri ini adalah industri strategis yang telah membantu perekonomian kita selama ini. Saya kebetulan dapilnya di Kediri, tidak terbayangkan kalau industri ini collapse, dan pemerintah jangan bereksperimen terkait dengan hajat hidup orang banyak‎. Walaupun saya bukan perokok,” ujar Arteria di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/8).‎

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini mengaku tidak sepakat dengan alasan pemerintah jika tujuan kenaikan harga tersebut untuk mengurangi jumlah perokok. Padahal, industri rokok Indonesia sudah diakui oleh dunia dan membantu perekonomian masyarakat daerah sekitar.

“Tidak dapat saya terima kalau tujuannya untuk mengurangi jumlah perokok lalu upaya aksinya adalah menaikan harga rokok, bahkan kebijakan itu sangat tidak tepat sasaran dan jauh dari tujuan bahkan justru akan berdampak luas bagi perekonomian masyarakat Indonesia. Karena dapat merusak akar industri yang sudah tumbuh kembang dengan baik, bahkan mampu berkompetisi dalam persaingan global,” ungkap Arteria.

Arteria khawatir, kebijakan menaikkan harga rokok tersebut tidak murni dari pemerintah melainkan karena desakan persaingan global. Sebab selama ini, kata dia, industri rokok sangat mandiri bahkan bisa menjadi penopang ekonomi masyarakat.

“Saya khawatir kebijakan ini bukan kebijakan murni pemerintah, akan tetapi ditunggangi oleh kepentingan asing yangg erat kaitannya dengan kompetisi perdagangan global. Harus diakui saat ini industri rokok kita cukup mandiri dan mampu bersaing, kerap kali produsen asing kesulitan berkompetisi dengan produsen rokok kita,” pungkas Arteria.

Artikel ini ditulis oleh: