Minat masyarakat Irak terhadap produk pangan, seperti bumbu masak, dari Indonesia agak sulit dipenuhi, antara lain karena perbedaan antara selera orang Indonesia dan selera orang Irak. Maka mungkin strategi pemasarannya adalah menjual produk pangan yang umum, seperti saus cabai atau saus tomat, karena produk itu dikenal di seluruh dunia.

Hal itu dijelaskan Direktur Ekspor PT Ikafood Putramas, Boy Gaswin Zen, kepada wartawan Aktual.com, Satrio Arismunandar di Baghdad, Selasa (3/10). Boy Zen datang mewakili perusahaannya di pameran perdagangan Baghdad International Fair di Irak. Di stannya, Boy Zen memamerkan beberapa contoh produk kecantikan dan kesehatan, serta berbagai produk bumbu masak dengan brand Kokita.

Kendala untuk pemasaran produknya di Irak, menurut Boy Zen, adalah soal peraturannya. Peraturan di Irak cukup berat. Selain itu masih ada kurangnya kepercayaan dari bank-bank di Indonesia untuk menerima LC (Letter of Credit) dari Irak. Padahal dengan jaminan bank-bank besar dunia seharusnya hal itu bisa dilakukan. Mungkin bank-bank di Indonesia perlu lebih mengevaluasi ulang bagaimana performa bank-bank di Irak itu.

Pasar bagi produk Ikafood selama ini adalah ke Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Itu adalah tiga tujuan ekspor terbesar. “Kemudian di semua negara Asia, kita punya buyer juga, walaupun ada yang reguler, dan ada yang tidak. Kemudian ke Kanada, Eropa, dan kalau di kawasan Timur Tengah cuma Arab Saudi,” ucap Boy Zen.

Menurut Boy Zen, sekarang sesudah ikut pameran, sudah ada order dari Irak, meskipun kecil. “Kita sebut saja trial order, yakni untuk obat-obatan dan tester untuk saus tomat, serta produk perawatan rambut. Untuk yang terakhir ini mereka ingin menjadi distributor tunggal untuk seluruh Irak. Seperti biasa, kita harus melihat dan mempertimbangkan kebenaran dari promosi mereka,” tuturnya.

“Angka pasti produk yang dipesan belum ditentukan , namun jika kita ambil 25 persennya saja dari janji mereka, itu berarti order pertama akan bernilai 30 ribuan dollar AS,” kata Boy Zen.

Ditanya tentang aspek keamanan, Boy merasakan, dia merasa lebih khawatir berada di Irak ketimbang di negara-negara lain. Namun setelah beberapa hari berada di Irak, menginap di KBRI Baghdad, dia merasa kondisi masih cukup aman. “Memang penjagaan keamanan terlihat di mana-mana. Untuk yang tidak terbiasa seperti saya, terasa agak tegang. Tetapi selama saya berada di Baghdad, saya tidak melihat ada masalah apa-apa, dan orang Irak juga saya lihat cukup ramah,” sambungnya. ***

Artikel ini ditulis oleh: