Jakarta, Aktual.com — Kenaikan angka kemiskinan dan pengangguran semakin menambah beban pemerintah di tengha terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yaitu dolar Amerika Serikat.

“Dalam situasi seperti sekarang, pemerintah semestinya mengambil terobosan-terobosan penting untuk menopang daya beli warga miskin dan hampir miskin,” kata Direktur Eksekutif Kekal Berdikari, Jan Prince Permata, di Jakarta, Rabu (16/9).

Data terbaru yang dirilis BPS menunjukkan jumlah penduduk miskin di perdesaan naik 0,57 juta orang dari 17,37 juta orang (13,76 persen) pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang (14,21 persen) pada Maret 2015. Di sisi lain, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin di perkotaan naik 0,29 juta orang dari 10,36 juta (8.16 persen) menjadi 10,65 juta atau (8,29 persen).

“Ini menunjukkan ada problem fundamental ekonomi yang harus ditangani,” katanya.

Pada sisi lain, tingkat pengangguran terbuka juga meningkat menjadi 7,5 persen pada semester pertama tahun 2015, dari 7,1 persen pada periode yang sama di tahun 2014.

“Kenaikan ini didorong faktor inflasi dan harga komoditi yang tinggi. Di lain pihak, ekonomi kita yang sangat tergantung pada luar negeri rentan terjerembab. Pemerintah harus segera mengambil upaya-upaya jangka pendek dan upaya mendasar sektor ekonomi,” ujarnya.

Menurut Jan, upaya-upaya mendasar bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain mendorong peningkatan akses masyarakat miskin terhadap sumber‐sumber pertumbuhan ekonomi, meningkatkan akses masyarakat terhadap pendikan dan kesehatan yang berkualitas, kemudian meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan kelompok miskin.

“Akses masyarakat miskin kepada kepemilikan tanah dan layanan keuangan perbankan perlu diperluas. Program reforma agraria dan program inklusi keuangan harus digencarkan,” ucap Jan.

Untuk kedepannya pemerintah juga harus mengarahkan program‐program yang maksimal mengoptimalkan sumberdaya domestik. Program itu antara lain seperti pengembangan ekonomi berbasis kewirausahaan yang memanfaatkan sumberdaya dan kearifan lokal, industrialisasi berbasis pemanfaatan SDA yang maksimal dinikmati oleh bangsa Indonesia, pengembangan infrastruktur secara massif yang bisa menjangkau seluruh negeri, dan penataan kembali sistem fiskal dan moneter.

Artikel ini ditulis oleh: