Darmin Nasution

Jakarta, Aktual.com – Penggunaan bahan bakar biodoesel 20 persen (B20) akan serentak diberlakukan mulai besok (1/9) di seluruh sektor.

“Kita betul-betul siap melaksanakan B20 baik utk PSO maupun non PSO. Mulai besok tidak ada lagi B0, semuanya harus B20,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran Mandatori B-20 di Jakarta, Jumat (31/8).

Pemerintah memberlakukan penggunaan B20 melalui Peraturan Presiden (Perpres) No 66 tahun 2018 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Meski demikian, untuk kendaraan militer dan operasional Freeport masih mendapatkan toleransi.

Dia mejelaskan penggunaan B20 diharapkan bisa menghemat devisa mulai 2-2,3 miliar dolar AS hingga akhir tahun.

“Sehingga pada sore hari ini kita meresmikan berlakunya mulai besok dengan demikian kita akan bisa menghemat devisa kira-kira 2-2,3 miliar dolar AS sampai akhir tahun,” katanya.

Pemberlakuan tersebut, menurut dia, sangat menjembatani penambahan devisa di tengah berbagai upaya, di antaranya menggenjot jumlah wisatawan mancanegara serta “online single services” (OSS).

“Jadi, ini satu dari kebijakan kita anggap akan cepat dampaknya di samping yang masih memerlukan proses, pariwisata, OSS, insentif perlu proses,” katanya.

Selanjutnya, kata dia, bisa mengurangi defisit neraca transaksi berjalan targetnya hanya dikurangi karena sejak 1970 selalu negatif karena banyak kegiatan ekonomi yang belum dimasuki investor terutama di hulu, terumata penghasil bus dan baja, farmasi dan petrokimia.

“Kebijakan ini diambil menjadi bagian dari kebinakan mendorong ekspor dan memperlambat impor dalam rangka menyehatkan neraca pembayaran kita dan tidak terlalu lama bisa menghilangkan defisit neraca perdagangan ekspor-impor barang,” katanya.

Dia menjelaskan dengan pemberlakuan B20, maka kebutuhan solar bisa ditekan karena penggunaan minyak sawit mentah (CPO) meningkat.

“B20 dampaknya nomor satu adalah adalah penjembatan devisa karena diesel atau solarnya dicampur dengan CPO berarti berkurang kebutuhan solarnya. Produksi dan stok CPO tinggi, kalau berkurang solar beberapa bulan ke depan, itu akan menaikkan devisa,” katanya.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: