Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano
Seorang bertanya kpd Maulana Syeikh Yusri

“Kenapa perempuan sepanjang hidupnya merasakan kesakitan secara jasad (sakit haid, hamil, melahirkan). Belum lagi sakit secara jiwa (hubungan yang mengecewakan, kegagalan dalam membina hubungan, terus setelah menikahpun menjalani berbagai peperangan kuat, harus tetap menjaga kecantikan diri sementara harus menjalani kegiatan sebagai ibu dan istri yang taat dan membantu suaminya. Apakah itu adzab untuk perempuan ?”

Jawaban Maulana Syekh Yusri
Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun.

Alhamdulillah, kita diciptakan bukan sebagai perempuan. Tapi memangnya laki-laki itu tidak merasakan kesakitan ? laki-laki tidak diujikah atau hanya perempuan kah yang diuji ?

KITA SEMUA DIUJI
Perempuan dan laki-laki diciptakan Allah SWT dalam dunia ini bukan untuk beristirahat. Kita diciptakan untuk diuji untuk mengetahui mana yang baik daripada yang buruk.
لِیَمِیزَ ٱللَّهُ ٱلۡخَبِیثَ مِنَ ٱلطَّیِّبِ

“agar Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik” [Al-Anfal: 37]

Secara umum, perempuan yang hamil merupakan hal sulit. Tapi kalau dia meninggal dalam keadaan itu maka dia mendapatkan pahala orang syahid. Jadi hamil itu dalam ibadah yang besar, sepanjang hamilnya 9 bulan itu maka setiap nafasnya dan semua gerak atau diamnya merupakan pahala.

Perempuan itu merupakan tanda nyata kehidupan dan sebab keberlangsungan hidup. Itulah kemuliaan kaum perempuan yang diciptakan dari sesuatu yang hidup (Sayyiduna Adam ‘alaihissalam).

Seorang pelacur yang memberi 1 kali saja minum pada anjing, maka masuk surga. Sementara kamu berapa anak yang kamu susui? berapa kali susuan? Lalu setelah mereka besar, berapa kali kamu memberinya makan dan minuman? menyucikan pakaian-pakaiannya? Kamu juga membersihkan kotorannya. Begitulah, sampai akhirnya dia besar, menikah dan juga punya anak. Berarti kamu begitu mulia, dalam posisi yang mulia.

Ketika perempuan mengetahui kemuliaannya maka hal itu meringankan beban yang dirasakannya. Perempuan juga merupakan tempat penampakan bahwa Allah SWT itu Menghidupkan dan Mematikan.

Jadi perempuan yang meninggal saat hamil dan nifas dapat pahala syahid, yang keguguran anaknya maka anak itu jadi penjaminnya di akhirat, sebab masuk surga.

Perempuan begitu mulia. Mungkin seandainya kamu bukan laki-laki, maka bisa jadi kamu mengimpikan jadi perempuan. Karena perempuan itu dalam posisi yang dipandang Allah SWT karena perempuan lemah. Kelemahan itu karena dasar penciptaan, haidh juga melemahkannya. Hamil, melahirkan, menyusui juga membuatnya lemah. Begitu juga perasaan sayangnya itu melemahkannya. Ketika ada anaknya yang sakit, maka dia merasakan kesakitan. Ketika ada anaknya yang bermasalah, maka si perempuan yang menjadi sedih dan memikirkan hal itu. Allah SWT bersama orang-orang yang lemah.

Kemudian ketika si perempuan berinteraksi baik dengan suaminya, meskipun begitu banyak kesibukan tapi dia tetap peduli dengan penampilan dan kecantikannya maka peranan istri yang baik itu menjadikan dia mendapat pahala orang puasa dan shalat malam. Allah SWT Menjadikan sesuatu yang sesuai dengan nalurimu sebagai suatu ibadah. Jadi perempuan itu diberi pahala yang begitu banyak.

Tapi sayangnya, ketika perempuan membiarkan dirinya tanpa keimanan maka jadi sosok yang mengingkari kenikmatan yang diberikan.

إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَكَفُورࣱ

Sungguh, manusia itu sangat kufur nikmat.

[Al-Hajj: 66]

Begitulah masalahnya.
Jadi apakah Allah memberi azab kita di dunia untuk menjadikan kita sebagai ahli neraka? hal ini benar-benar tidak masuk akal?
Itu bukan adzab tapi ujian supaya makin matang dan mendapat pahala atas hal itu.
Allah SWT Menciptakan kita bukan untuk mengadzab kita tapi untuk memuliakan kita.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Abdussalam Arfan Hadiyansyah

Tinggalkan Balasan