Jakarta, Aktual.com — Pengamat Politik Sigma Said Salahudin menilai munculnya nama Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan dalam transkrip percakapan SN alias Setya Novanto dengan pengusaha PT. Freeport Indonesia merupakan salah satu strategi politik Menteri ESDM Sudirman Said.

“Awalnya soal pencatutan nama presiden, justru yang lebih banyak disebut Luhut. Kalau ukurannya sekarang baru beredar belum berikan gambaran apa-apa. Belum temukan indikasi catut mencatut. Itu sekedar orang sampaikan pendapat,” ujar Said di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (17/11).

Isi lengkapnya mungkin justru ada tapi tidak dimunculkan. Munculnya setengah-setengah dulu. Biasa strategi politik. Boleh jadi permainan politik Sudirman Said,” tambahnya.

Menurutnya, permainan itu diciptakan dengan sengaja untuk membuat gaduh lembaga legislasi. Ia pun menyebutkan tiga indikasi yang dimaksud.

“Satu lempar bola, dia tidak punya kewajiban menjawab soal itu (catut nama). Bilang tanya MKD, karena sudah dilaporkan,” kata dia.

Kedua, lanjutnya, mata publik bergeser ke legislasi. Ketiga karena sudah masuk MKD.

“Itu berpotensi melebar. Sekarang sudah melebar. Kau sudah lebar, DPR ribut sendiri. Berhasilah SS obok-obok DPR,” jelasnya.

Selain itu, Said mempertanyakan motif merekam percakapan pertemuan SN dan Freeport yang kemudian dibocorkan Sudirman Said.

“SS yang katakan didapatkan dari Freeport Indonesia. Motif apa Freeport merekam?” tuturnya.

Terkait apakah Sudirman Said melakukan hal tersebut karena terdesak isu reshuffle kabinet, Said menilai strategi itu untuk mengamankan posisinya.

“Tentu dia mainkan strategi amankan posisinya. Ingin dapat simpati publik,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh: