Jakarta, Aktual.com — Memperingati Hari Perempuan Internasional, perempuan dari Jakarta, Makassar, Palu, Kendari dan Lampung mendeklarasikan gerakan “Perempuan Tolak Reklamasi” di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (13/3).
Penolakan terhadap reklamasi didasarkan pada fakta bahwa proyek reklamasi berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat, terutama perempuan. Reklamasi juga dianggap mengancam keanekaragaman hayati pesisir Indonesia dan mempersulit nelayan untuk melaut, sehingga akan mengancam kedaulatan pangan.
Solidaritas Perempuan (SP) Jabotabek, Ela Sari mengungkapkan, proyek reklamasi sangat berdampak pada perempuan, khususnya yang menggantungkan hidupnya di sektor nelayan.
” Dampaknya kepada perempuan sangat jelas, berjalan sudah lama, dampaknya sudah kami rasakan, hidup sebagai nelayan di Jakarta Utara sebagai pengupas kerang. Reklamasi merupakan proyek yang penuh ambisi dan pelanggaran
Ela menuturkan, dengan adanya proyek reklamasi di teluk Jakarta, dampaknya, kepada perempuan nelayan di sekitar kawasan tersebut sangat mencari kerang hijau.
” Yang ada bahkan berubah jadi coklat karena pencemaran lingkungan. Itu pun susah kita dapatkan. Kita yang berharap hidup dari pendapatan dari hidup dilaut, jelas terampas, ikan mati, kerang sulit,” ujarnya.
Kondisi tersebut, membuat para nelayan perempuan untuk berfikir bagaimana mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
” kami sebagai perempuan, banyak cari kerja serabutan. Banyak jadi kuli cuci, elemen masyarakat yang mau pekerjakan kami dengan jam kerja lumayan, 17-20 jam. Otomatis kondisi itu kesehatan kita sangat terganggu. Jam kerja bgitu lama,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh: