“Yang penting TNI sudah terlibat dalam deteksi dini itu sepanjang masa. Tidak pernah tidak terlibat,” tandasnya.

Terorisme dan Bantuan Asing

Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sempat merilis soal aliran dana yang diterima para teroris untuk menebar ancamanan di Indonesia, dimana penyumbang terbesar berasal dari Australia.

Australia tercatat mengirimkan dana sebesar kurang lebih Rp 88,5 Milliar ke para “foreign terorisme fighter” yang ada di Indonesia.

Adapun frekuensi dana yang masuk dari Australia itu sebanyak 97 kali melalui berbagai cara baik perseorangan atau kelompok.

Sementara negara lain, yakni Brunei dengan kisaran Rp 2,6 Milliar. Disusul dengan Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan dan Thailand.

Namun bukan cuma aliran dana asing yang mengalir ke para pelaku teror, perlu juga dicermati dugaan adanya dana yang masuk untuk pemberantasan terorisme.

Masih ingatkah dengan kasus Siyono ?. Terduga teroris yang mati saat proses pengawalan oleh anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri ?.

Diduga terlibat dalam jaringan terorisme, Siyono ditangkap anggota Densus 88 di masjid samping rumahnya pada 8 Maret 2016. Tiga hari berselang, masih dalam status tahanan Densus 88, ayah lima anak itu dinyatakan tewas.

Letak permasalahan saat itu bukan hanya soal tewasnya Siyono, namun juga adanya sumbangan dari Densus 88 kepada keluarga Siyono sebesar Rp100 juta.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby