Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution

Jakarta, Aktual.com – Peneliti dari Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra mengkritisi pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution yang menyatakan bahwa pemerintah memang sengaja tidak mengejar pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi.

Menurut Gede Sandra, Menko Darmin berusaha “ngeles” karena tak mampu pacu pertumbuhan. Pasalnya, Darmin mengatakan, hal itu sengaja dilakukan agar tidak terjadi kesalahan seperti era Orde Baru, yang saat itu laju ekonomi kencang tapi malah terjadi overheating.

“Ngeles terus. Kita tahu awalnya di tahun 2015 Presiden inginnya pertumbuhan 7%, seperti tertulis di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Tapi sayang Menko Darmin hanya mampu kasih pertumbuhan 5%,” ujar Gede Sandra, di Jakarta, Rabu (13/12).

Gede Sandra mengungkapkan, terdapat strategi-strategi untuk mendapatkan pertumbuhan tinggi dengan tetap menjaga kestabilan makro ekonomi, tanpa perlu takut terjadi overheating. Contoh, Turki yang pada kuartal ketiga 2017 berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi 11,1%, tertinggi di dunia, tapi tetap memiliki makro ekonomi yang stabil.

Gede pun mengingatkan Menko Darmin, bahwa upaya mengejar pertumbuhan tinggi dengan tetap mengurangi kesenjangan pendapatan juga sangat dimungkinkan. Sebab, pernah dilakukan pemerintah Indonesia di masa lalu.

“Ingat pada era Gus Dur tahun 1999 ke 2000 pertumbuhan naik dari -3,5% ke 4,9%, tapi Indeks Gini malah terendah sepanjang sejarah di tahun 2001, yaitu sebesar 0,31. Untuk ini, Menko Darmin mungkin bisa belajar pada tim ekonomi Pemerintahan Gus Dur,” kata Gede.

Seperti diketahui Biro Pusat Statistik (BPS) beberapa hari lalu baru melansir hasil survey Desember 2017 yang melaporkan, bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2017 adalah sebesar 5,06%. Indeks Gini stabil masih di level 0,39. Kemiskinan bertambah 6900 jiwa (menjadi 27,76 juta jiwa) dan pengangguran bertambah 10 ribu jiwa (menjadi 7,04 juta jiwa).

Nailin In Saroh