Jakarta, Aktual.com – Polemik perpanjangan kontrak Freeport Indonesia yang kembali menyita sektor energi bangsa ini dengan mempertontonkan kegaduhan yang dilakukan menteri ESDM.

Menanggapi hal itu Cendekiawan Kebangsaan, Yudi Latif, Ph.D menilai bahwa kasus Freeport memperlihatkan betapa pihak-pihak yang bersengketa hanyalah tawuran kepentingan di antara komprador-komprador antek neokolonialisme.

“Sejak zaman kolonial, selalu ada elemen-elemen dari birokrasi (aristokrasi) bumiputra yang menjadi antek kolonial. Sekarang situasinya masih demikian,” kara Chairman Aktual ini, di Jakarta, Senin (7/12).

Penulis buku ‘Negara Paripuna’ ini juga menjelaskan makin banyak unsur-unsur birokrasi, bahkan tentara yang mestinya menjadi garda terdepan pembela bangsa-negara, justru bekerja sebagai antek kepentingan asing (neokolonialisme).

Seperti diketahui, Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Effendi Simbolon mengatakan, kasus Freeport semakin rumit karena terdapat Conflict of Interest (konflik kepentingan) pada petinggi PT Freeport Indonesia.

Dimana, Direktur PT Freeport Indonesia adalah Maroef Sjamsudin yang juga bekas Wakil Kepala Badan Intelijen Indonesia (BIN).

Untuk itu ia berharap, ada etika baru di TNI atau Polri yang tidak membolehkan pensiunannya bekerja di pihak-pihak yang bisa menimbulkan konflik kepentingan.

Sementara itu, kegaduhan yang dilakukan menteri ESDM Sudirman Said diperkeruh dengan langkah Kejaksaan Agung. Kedua unsur kabinet ini seakan tidak mengindahkan perintah Presiden Jokowi.

Artikel ini ditulis oleh: