29 Desember 2025
Beranda blog Halaman 42323

BNN Tangkap Truk Bermuatan Delapan Ton Ganja Kering

Jakarta, Aktual.co — Badan Narkotika Nasional (BNN), menangkap truk bermuatan delapan ton ganja kering asal Aceh di Riau.

“Sekarang ini, saya akan mengeksekusi dan mengumumkan delapan ton ganja kering di Riau tersebut,” kata Kepala BNN Komjen Pol. Dr. Anang Iskandar usai Peringatan Nasional Tahun Baru Islam 1 Muharram 1436 Hijriyah di Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Minggu (26/10).

Ia mengatakan BNN Provinsi Riau, menangkap sebuah truck berwarna biru kuning bermuatan delapan ton ganja yang dibungkus puluhan karung goni. “Saat ini, tersangka dan barang bukti ditahan di BNN Riau,” katanya.

Pada Peringatan Nasional Tahun Baru Islam 1 Muharram 1436 Hijriyah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan tokoh agama dari organisasi Islam lain, (MUI), mendeklarasikan gerakan nasional anti narkoba.

Isi gerakan nasional antinarkoba itu di antaranya, hijrah tonggak kejayaan peradaban Islam. Iman, hijrah dan jihad akan membawa kemenangan.

Selanjutnya, Indonesia berhijrah, Indonesia bermarwah, narkoba merusak bangsa, jauhkanlah dirimu dan keluargamu dari bahaya narkoba, narkoba adalah haram. Narkona merusak jasmani dan rohani, narkoba hancurkan masa depan dan narkoba membawa ke neraka.

“Kami mendukung sikap dan tekad organisasi agama yang ikut memberantas peredaran narkoba ini,” ujarnya.

Ia mengatakan BNN merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

“Mudah-mudahan dengan adanya penangkapan delapan ton ganja kering ini dan deklarasi tokoh agama ini akan mengurangi peredaran narkoba di masyarakat,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Ini Tujuh Pertanyaan Ibas ke Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono mengatakan ada tujuh hal yang harus dijawab Presiden Joko Widodo terkait dengan pembentukan kabinet dan nomenklatur kementerian yang disusun presiden.

“Kami sangat paham dan menghargai hak prerogatif presiden untuk menyusun kabinet. Akan tetapi, muncul keresahan serta pertanyaan masyarakat yang juga perlu jawaban dan klarifikasi dari Pak Jokowi,” kata Ibas dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/10).

Menurut Ibas yang juga menjabat Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat, pertanyaan dari masyarakat itu banyak dimunculkan di media cetak maupun sosial media beberapa hari terakhir ini.

Pertama menurut dia, siapa saja yang mengambil keputusan dan menetapkan menteri untuk duduk dalam kabinet Jokowi karena mengapa beberapa hari ini kegiatan terpusat di rumah pribadi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Ibas mengatakan, kalau yang menentukan anggota kabinet adalah Megawati, hal itu nyata-nyata bertentangan dengan konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

“Presiden Jokowi bisa dinyatakan sebagai melanggar konstitusi atau tindakannya bersifat inkonstitusional. Presiden Jokowi harus berterus terang dan jangan membohongi rakyat,” tegasnya.

Pertanyaan kedua, merestrukturisasi secara mendasar terhadap susunan kabinet saat ini, berlaku sejak kabinet diumumkan oleh presiden, tanpa persiapan transisi, termasuk pemisahan dan penggabungan kementerian, apakah sudah dipikirkan implikasinya terhadap pekerjaan kementerian yang digabung dan dipisahkan tersebut.

Ibas mempertanyakan bagaimana kalau sepanjang tahun semua waktu, energi, dan pembiayaan terkuras untuk melakukan penyesuaian atau “adjustment” dengan struktur yang baru tersebut.

Ketiga, ujar Ibas, restrukturisasi secara mendasar kabinet Jokowi memiliki implikasi yang besar terhadap APBN Perubahan 2014 dan APBN 2015.

“Sudahkah diketahui bahwa perubahan APBNP 2014 dan APBN 2015 perlu dibahas dan mendapatkan persetujuan DPR RI? Perencanaan dan penggunaan dana APBN yang ceroboh bisa melahirkan berbagai penyimpangan dan tindak pidana korupsi,” ujarnya.

Dia menjelaskan pertanyaan keempat, yakni dengan dibaginya kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi dua kementerian dan digabungkannya Kementerian Ristek ke Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek, bagaimana pengaturan anggaran pendidikan yang harus mematuhi ketentuan dalam UUD 1945.

Menurut dia, bagaimana pula sinkronisasi dengan anggaran pendidikan yang dikelola oleh Kementerian Agama, dapatkah direalisasi dalam APBNP 2014 dan APBN 2015.

Kelima, Ibas mempertanyakan penggabungan Kementerian Kehutanan dengan Kementerian Lingkungan Hidup karena secara internasional tantangan perubahan iklim menjadi prioritas dan agenda global untuk mengatasinya mengapa justru di Indonesia seakan peran dan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup ini dikecilkan.

“Apa visi presiden Jokowi menyangkut lingkungan hidup, serta upaya mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim,” ujarnya.

Keenam, Ibas mengatakan menurut informasi, Kementerian ESDM dan Kementerian Perhubungan akan diletakkan di wilayah koordinasi Menko Bidang Maritim. Ibas mempertanyakan logikanya apabila keputusan itu benar dan Presiden Jokowi harus bisa menjelaskannya.

Selain itu, pertanyaan ketujuh, ujar Ibas, menurut informasi di Lembaga Kepresidenan akan ada tiga pejabat utama, yaitu Kepala Staf Presiden, Menteri Sekretaris Negara, dan Sekreatris Kabinet.

Dia mempertanyakan bagaimana pembagian tugasnya karena dikhawatirkan akan menimbulkan konflik dan tumpang-tindih fungsi dan tugas pokok.

“Apa yang ada di benak Presiden Jokowi? Benarkah struktur ini hanya untuk menempatkan seseorang yang tidak punya tempat? Apakah struktur kabinet harus menyesuaikan dengan orang? Atau, orang harus menyesuaikan organisasi,” katanya.

Ibas menegaskan ketujuh pertanyaan publik itu yang sebaiknya bisa dijawab oleh Presiden Jokowi.

Menurut dia publik memahami hak konstitusional Presiden. Namun, publik perlu juga meyakini bahwa sistem kepresidenan bisa dijalankan dengan manajemen perubahan yang tepat sasaran, efektif, dan bisa terkontrol dengan baik.

Sebelum terlambat, kata Ibas, sebaiknya Presiden Jokowi bisa tampil di hadapan publik untuk menjelaskan berbagai pertanyaan publik tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Penyusunan Kabinet, Who Is The Real President? Jokowi Atau JK

‎Kalau ada yang bilang Sofyan Djalil orang baik, tentu saya setuju. Penilaian ini bukan karena saya merasa kenal lumayan dekat dengannya. Tapi, memang dia orang yang baik. Paling tidak, selama bergaul pada periode awal 1990an dan dua kali menjadi menteri, saya tidak melihat dan mendengar dia neko-neko.

‎Makanya, ketika terbetik kabar lelaki kelahiran Aceh, 23 September 1953 silam itu bakal didapuk jadi Menko Perekonomian, saya kok jadi merasa gimanaaa, gitu. Mau dibilang gembira, ya tidak salah juga. Tapi, di sisi lain, ada perasaan yang sangat sulit dijelaskan. Gimanaaa, gitu!

‎‎Pasalnya, untuk duduk di kabinet Jokowi-JK, menjadi orang baik saja tidak cukup. Persoalan yang dihadapi negeri ini teramat kompleks. Sedikitnya ada tiga hal besar persoalan yang menghadang pemerintah saat ini. ‎

‎Pertama, dari sisi politik, bisa dipastikan pemerintah tidak bisa melenggang mulus dalam menjalankan berbagai program dan kebijakan. Sandungan dari Koalisi Merah Putih (KMP) yang menguasai parlemen akan selalu ada.‎

‎Kedua, perekonomian global masih dijerat kelesuan. Negara-negara maju yang selama ini menjadi pasar utama produk Indonesia masih berjuang keluar dari krisis. Hal itu ditambah dengan harga komoditas pertanian dan pertambangan dalam tiga tahun terakhir terus terjun. ‎

‎Padahal, dari dua komoditas inilah perekonomian Indonesia sempat terbang dalam rentang waktu hampir 10 tahun belakangan ini.‎

‎Problem besar ketiga, Indonesia terjerat pada quarto deficit; empat defisit sekaligus. Yaitu, defisit neraca perdagangan, defisit neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan, dan defiit anggaran. ‎Gawatnya perekonomian itu masih ditambah dengan superbengkaknya utang luar negeri. ‎

‎Menurut Bank Indonesia (BI) sampai Juni 2014 saja, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tercatat US$284,9 miliar. Dengan kurs tengah BI Jumat (24/10) yang  Rp12.065, maka jumlah utang itu setara dengan Rp3.437 triliun lebih. Jelas bukan angka yang bisa dianggap enteng, kalau tidak mau disebut supergawat.‎

‎Perlu orang yang luar biasa‎

‎Inilah ‘bom waktu’ warisan presiden SBY yang bisa meledak kapan saja. Dengan kondisi segawat itu, terlalu gegabah memasang ‘orang biasa-biasa saja’ sebagai komandan Tim Ekonomi Indonesia. Tidak bisa tidak, Jokowi dan 240 juta lebih rakyat Indonesia membutuhkan seorang Menko Perekonomian yang kelasnya jauh di atas ‘biasa-biasa’ saja. Indonesia membutuhkan Menko Perekonomian yang luar biasa!‎

‎Dengan segala hormat dan mohon maaf, rasanya Sofyan Djalil belum sampai di titik itu. Kinerjanya sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo) masuk kategori biasa-biasa saja. Baru saat menjadi Menteri BUMN, Sofyan ‘sedikit’ memiliki nilai tambah. Dia mampu membuat sejumlah BUMN jadi lebih bersinar. Laba yang berhasil ditangguk terus menggembung.‎

‎Salah satu rahasia suksesnya dalam memoles BUMN adalah, karena dia menerapkan apa yang disebutnya sebagai creating value BUMN. Kunci utama sukses itu antara lain terletak pada keberaniannya menempatkan para profesional di jajaran direksi.

‎‎Dalam buku Transformasi BUMN Menuju Pentas Global, Sofyan menulis, salah satu kunci sukses BUMN adalah dalam proses perekrutan direksi. Rekrutmen harus menghindari intervensi politik, sehingga para direksi akan fokus untuk bekerja ketimbang bermain politik.‎

‎Namun gagasan cemerlang tadi, seperti diakuinya, bukan asli miliknya. Paling tidak, itulah pengakuan yang disampaikannya kepada saya ketika mengobrol santai di kantornya, saat masih menjadi Deputi Menteri BUMN, Tanri Abeng. Waktu itu dia mengakui, bahwa konsep itu sebenarnya datang dari sang bos.‎

‎Biasa saja dengan sejumlah catatan‎

‎Pencalonan Sofyan sebagai calon Menko Perekonomian berasal dari JK. Ini tidak aneh. Dia orang dekat JK. Sofyan diketahui sudah membantu JK ketika bertarung di konvensi Capres Partai Golkar dan terlibat dalam Tim Lembang 9.‎

‎“Pak JK minta saya menjadi manajer kampanye saat Konvensi Capres Partai Golkar. Awalnya saya memang direkrut sebagai profesional. Namun seiring waktu, ternyata beliau merasa cocok dengan saya. Itulah sebabnya saya kemudian bergabung sebagai relawan saat pak JK menjadi Cawapres SBY,” ujar Sofyan kepada saya suatu ketika.‎

‎Kedekatan mantan Menteri BUMN itu juga tergambar ketika JK mengajaknya menjadi salah satu anggota tim penyelesaian konflik Aceh pada perundingan di Helsinki. Singkat kata, tidak keliru jika dikatakan Sofyan adalah orangnya JK.‎

‎Latar belakang akademik Sofyan adalah pasar modal. Dia adalah pemegang gelar Master of Arts in Law and Diplomacy (MALD) dari The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Medford, Massachusetts, AS, dengan bidang studi International Economic Relation. Kemudian, dia juga menyabet gelar Doctor of Philosophy (Ph.D), dari kampus yang sama dengan bidang studi International Financial and Capital Market Law and Policy. ‎

‎Jadi, dengan semua latar belakang dan fakta seperti itu, bagaimana mungkin JK memaksakan Sofyan untuk posisi Menko Perekonomian? Pak JK, sekali lagi saya ingin mengingatkan Anda, bahwa menjadi orang baik saja tidak cukup untuk membenahi gawatnya persoalan ekonomi negeri ini. Ada persyaratan lain yang harus dipenuhi.‎

‎Mengutip ekonom senior, untuk menjadi pejabat publik ada tiga hal yang dibutuhkan. Pertama, harus punya pemahaman dan kemampuan memecahkan masalah. Kedua, harus berani mengambil tindakan terobosan yang memang dibutuhkan. Ketiga, ini sangat penting, harus tidak punya konflik kepentingan.‎

‎Dari tiga kriteria tersebut, sekali lagi dengan segala hormat dan mohon maaf, Sofyan belum mengantongi barang sebiji pun. Keilmuannya ‘masih terbatas’ pada bidang pasar modal. Padahal, persoalan ekonomi Indonesia hari ini dan ke depan jauh lebih besar dan lebih kompleks.‎

‎Lalu, dari sisi berani mengambil tindakan terobosan yang diperlukan, juga belum teruji benar. Kinerjanya yang lumayan cemerlang ketika menjadi BUMN, ternyata, seperti diakuinya, adalah penerapan gagasan creating value Tanri Abeng. Tentu saja, dalam praktiknya, Sofyan sudah melakukan perbaikan di sana-sini sesuai dengan keadaan yang ada.‎

‎Tapi, ada sedikit catatan buat Sofyan saat jadi pengendali perusahaan pelat merah. Antara lain,  dia tidak mampu menahan laju tender offer yang dilakukan Ooredoo (dulu Qatar Telecom) di Indosat. akibatnya investor asing itu menguasai 65% saham Indosat.‎

‎Selain itu, keputusan Sofyan yang menempatkan Sarwoto Atmosutarno sebagai Dirut Telkomsel juga layak disoal. Pasalnya, sesaat duduk sebagai Dirut, Sarwoto membeli perangkat dari Israel.  ‎Begitu juga dengan penujukan Rinaldi Firmansyah sebagai Dirut Telkom. Kinerja operator pelat merah tadi juga tidak terlalu memuaskan. Bahkan keputusan Rinaldi memilih mitra peluncuran satelit dari Rusia, membuat Telkom gagal meluncurkan satelit Telkom III.‎

‎Bagaimana dengan tidak punya konflik kepentingan? Sepertinya pada sisi ini dia punya nilai plus. Paling tidak, seperti saya sampaikan di awal tulisan ini, Sofyan adalah orang baik. Sepanjang menjadi birokrat saya belum mendengar dia bertindak yang ‘aneh-aneh’. Saya memilih ber-husnudzhon alias berprasangka baik kepadanya dalam soal-soal seperti ini.‎

‎Who is the real president?‎

‎Sekarang kita kembali ke soal usulan JK ke Jokowi agar menunjuk suami Ratna Megawangi sebagai Menko Perekonomian. Jokowi harus berani menepis desakan JK itu. Jokowi tidak boleh berjudi dengan nasib lebih dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia hanya dengan maksud menyenangkan JK yang jadi Wapresnya.‎

‎Jokowi juga harus ingat betul, bahwa sesuai konstitusi, pemegang hak prerogatif adalah Presiden. Bukan Wapres! Jokowi harus menggunakan hak itu sebaik-baiknya. Jokowi harus mengoptimalkan semua sumber daya yang ada bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. Jokowi harus membuktikan, bahwa dialah Presiden Republik Indonesia yang sebenarnya. Dengan begitu, publik bisa menepis anggapan dan mitos, bahwa JK is The Real President!  ‎

‎Edy Mulyadi, Direktur Program Centre for Economic and Democracy Studies (CEDeS)

Jumhur Bantah Kumpulkan Sukarelawan Yang Mengkritisi Kabinet Tri Sakti

Jakarta, Aktual.co — Jakarta, Aktual.co —Deklarator nasional Aliansi Rakyat Merdeka (ARM) Mohammad Jumhur Hidayat membantah mengumpulkan sukarelawan untuk melawan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla bila personel dalam kabinet mendatang tidak sesuai dengan harapan.

“Banyak yang menginginkan agar saya mengambil sikap ‘melawan’ bila kabinet tidak sesuai dengan harapan karena dianggap sebagai transaksi politik biasa,” kata Jumhur melalui pesan singkatnya di Semarang, Minggu (26/10).

Menanggapi hal itu, Jumhur yang juga mantan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menekankan, “Secara pribadi, saya tidak akan melakukan langkah apa pun.”

Jumhur yang pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI, 9 Juli 2014, mendukung pasangan Jokowi-JK, berharap kabinet mendatang dapat bekerja keras dengan memanggul panji-panji amanat penderitaan rakyat.

“Dalam periode kerja tertentu, barulah kita bisa menilai kerja-kerja kabinet itu,” kata Jumhur yang kini sebagai aktivis dan pegiat demokrasi.

Menyinggung kembali soal informasi melalui “broadcasting BlackBerry” yang menyebut seolah-olah dirinya akan mengumpulkan kekuatan sukarelawan untuk melawan Kabinet Jokowi-JK, Jumhur menegaskan, “Dengan ini saya nyatakan itu sama sekali tidak benar.”

Artikel ini ditulis oleh:

Fraksi Golkar: Masyarakat Tunggu Gebrakan 100 Hari Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo mengatakan masyarakat akan menunggu gebrakan yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 100 hari pertama kerjanya.

“Presiden Joko Widodo menjadwalkan akan mengumumkan menteri kabinetnya pada hari Minggu ini dan dicanangkan akan langsung bekerja,” kata Bambang Soesatyo melalui pernyataan tertulisnya di Jakarta, Minggu (26/10).

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadwalkan akan mengumumkan menteri kabinet di Istana pada Minggu sekitar pukul 16:00 WIB dan akan melantik para menteri hari Senin (27/10) mulai pukul 11:00 WIB.

Menurut Bambang, setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan para menteri kabinetnya, diharapkan dapat melakukan gebrakan pada 100 hari pertama kerjanya. “Masyarakat menunggu gebrakan yang akan dilakukan oleh Presiden Jokowi,” katanya.

Artinya, kata Bambang, setelah mengumumkan menteri kabinetnya Minggu sore ini, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla perlu mengumumkan program kerja dan targetnya pada 100 hari pertama pemerintahan.

Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI ini menambahkan, hal terpenting dari program kerja dan target awal pemerintahannya, adalah kepastian mengenai harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Keberanian Presiden dan Wakil Presiden menyampaikan program kerja pada 100 hari pertama ditunggu masyarakat,” katanya.

Menurut dia, dari program kerja dan targetnya tersebut, maka masyarakat dapat menakar kapabilitas dan kompetensi kedua pemimpin serta para menteri kabinetnya.

Ia menjelaskan, target pada 100 hari pertama kerja pemerintahan adalah apa yang ingin dicapai pemerintgah pada 100 hari pertama kerjanya.

Selama ini, kata Bambang, Jokowi sering mengatakan akan segera merealisasikan program Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat (KIP dan KIS).

“Merealisasikan dua program ini tidak mudah, karena cakupannya sangat luas hingga ke semua pelosok daerah. Tantangannya juga berat karena harus berkoordinasi dengan semua pemerintah daerah, termasuk instrumen pendukungnya,” kata Bambang.

Artikel ini ditulis oleh:

Undangan Sudah Mulai Berdatangan ke Istana

Jakarta, Aktual.co — Para undangan yang akan mengikuti acara perkenalan kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai berdatangan ke Istana.

Kepala BPKP Mardiasmo tiba di Kompleks Istana Negara pada Minggu sekitar pukul 13.40 WIB dengan mengenakan baju putih lengan panjang. “Ya saya diundang,” kata Mardiasmo yang mengaku baju lengan panjang putih merupakan seragam dalam perkenalan kabinet tersebut.

Mardiasmo dalam sejumlah informasi yang dikumpulkan akan didudukan sebagai Wakil Menteri Keuangan. “Insyaallah, Insyallah, tunggu ya,” katanya.

Baju lengan panjang putih yang dipakainya merupakan pemberian dari Istana. Mardiasmo mengaku mendapatkan telepon untuk mengambil baju lengan panjang putih tersebut di Istana. Dirinya mengambil jam 09.00 WIB.

Seusai Mardiasmo, muncul Dirjend Tata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Basuki Hadi Muljono yang juga mengenakan pakaian putih lengan panjang. Sama seperti pengakuan Mardiasmo, dirinya juga diundang dan diminta mengambil pakaian lengan panjang putih di Istana. Berdasarkan info yang beredar, Basuki Hadi Muljono akan menduduki Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sementara itu, para undangan tidak hanya berdatangan melalui pintu di Istana Negara. Namun juga melalui Wisma Negara.
“Jam 09.00 ngambil (pakaian lengan panjang putih),” katanya.

Presiden Joko Widodo rencananya akan mengumumkan nama-nama kabinetnya pada Minggu sore pukul 16.00 WIB.

Tampak halaman Istana Merdeka yang akan digunakan untuk perkenalan menteri telah dipersiapkan. Sebuah pelantang dan mimbar kecil warna merah dan tata suara telah di tempatkan.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain