25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 42473

Terkait Kabinet, Wapres JK Sepelehkan Catatan KPK

Jakarta, Aktual.co — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyepelehkan catatan dari pihak Komisi Pemberantasan Korupsi kepada nama calon menteri pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla.
Pendapat Jusuf Kalla, pemberian catatan oleh komisi antirasuah itu sedianya tidak menghalangi seseorang untuk menjadi menteri. “Catatan oleh KPK tersebut berarti kalau calon menteri tersebut pernah dilaporkan masyarakat atau tersangkut kasus dugaan korupsi,” ujarnya di Istana Wakil Presiden Jakarta, Selasa (21/10).
Perlu diketahui, KPK memberi warna kuning hingga merah pada nama-nama calon menteri yang diajukan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Warna-warna itu menandai adanya potensi keterkaitan nama tersebut dengan kasus dugaan korupsi. Hasil penelusuran KPK terhadap nama-nama calon menteri tersebut telah diserahkan kepada Jokowi. 
Menurut Wakil Ketua KPK Zulkarnain, pihaknya menelusuri rekam jejak calon menteri tersebut dengan membuat profil. Hal yang ditelusuri di antaranya apakah ada kaitan tokoh tersebut dengan kasus-kasus dugaan korupsi serta ketaatan tokoh itu terhadap aturan pencegahan tindak pidana korupsi. Ketaatan terhadap aturan itu seperti melaporkan hadiah yang diterimanya kepada KPK serta menyampaikan kepada KPK laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN). 

Artikel ini ditulis oleh:

AKSES: Jokowi Jangan Tersandera “Kebijakan Fiskal”

Jakarta, Aktual.co — Pengamat Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto meminta Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) agar jangan tersandera dengan kebijakan fiskal yang justru bisa menghambat program-program kerjanya.

“Faktanya memang dalam kebijakan fiskal, pemerintah baru sebagaimana kita ketahui telah tersandera oleh postur APBN yang ketat untuk segera dapat merealisasikan program-programnya,” kata Suroto di Jakarta, Selasa (21/10).

Oleh karena itu, pihaknya berpesan agar Jokowi-JK tidak tersandera persoalan itu dan fokus dalam merealisasikan program-programnya.

Suroto menyadari selain beban subsidi BBM yang tinggi, maka kondisi defisit transaksi perdagangan dan neraca pembayaran akan membayangi kinerja sektor ekonomi pada awal masa pemerintahan.

“Dalam kebijakan moneter pemerintah salah satunya harus bisa mengantisipasi dampak kebijakan The Fed, bank sentral Amerika Serikat, yang akan mempercepat kenaikan suku bunga dalam paket recovery ekonomi mereka. Ini berarti ekonomi kita berpotensi akan mengalami perlambatan,” katanya.

Menurut dia, jika pemerintah Jokowi salah langkah dalam mengambil kebijakan maka popularitasnya di mata masyarakat akan turun drastis. Oleh karena itu, Pemerintah harus mengambil langkah yang tidak linier untuk bisa keluar dari jebakan itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka

Pesta Rakyat Jokowi Menyisakan Lautan Sampah

Pekerja dari Dinas Kebersihan membersihkan sampah bekas pesta rakyat salam tiga jari kemarin malam di pelataran Tugu Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2014). Dinas Kebersihan Jakarta menurunkan lebih dari seribu petugas dan 22 truk sampah dan mendapati sekitar 100 ton sampah. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

ICW: Jokowi Harus Anulir Nama Menteri Yang Terindikasi Korupsi

Jakarta, Aktual.co — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diketahui memberi tanda merah kepada para calon menteri di kabinet Presiden Joko Widodo. Tanda merah itu, mengindikasikan si calon menteri berpotensi terlibat dalam kasus dugaan korupsi.
Menanggapi hal tersebut, Indonesia Coruption Watch (ICW) meminta Presiden Joko Widodo agar nama-nama tersebut, dibatalkan menjadi calon menteri.
“Kalau nama yang berpotensi tersangkut mestinya dianulir,” kata Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW), Ade Irawan saat dihubungi melalui telepon selulernya, Selasa (21/10).
Dia mengatakan, rekomendasi yang diberikan KPK digunakan sebaik mungkin oleh Joko Widodo untuk menentukan jajaran menteri di kabinetnya. 
“Untuk itu, kami sarankan agar Joko Widodo tidak buru-buru untuk mengumumkan kabinetnya,” kata dia.
Untuk itu, dalam hal ICW meminta agar Presiden RI Jokowi menunda pengumuman kabinet. Sebab, ada beberapa nama calon menteri yang diusulkan Jokowi diduga bermasalah.
“ICW menilai masih ada beberapa nama dari 43 figur calon menteri atau pejabat setingkat menteri yang diusulkan Jokowi masuk kabinet diduga bermasalah karena diragukan integritas maupun komitmen antikorupsinya,” kata dia.
Menurut Ade, sedikitnya ada empat calon menteri yang diragukan integritas dan komitmen antikorupsinya. Namun, ia mengaku tidak bisa menyebutkan nama-namanya. Figur calon menteri yang diragukan tersebut potensial menjadi tersangka korupsi dan diberitakan memiliki rekening atau transaksi keuangan yang mencurigakan.
Oleh karena itu, Ade menyatakan pengumuman kabinet seharusnya dilakukan setelah ada kepastian bahwa figur-figur yang terpilih merupakan yang terbaik dan tidak memiliki masalah hukum atauintegritas.
“Apalagi dalam undang-undang jelas diatur bahwa presiden punya waktu 14 hari setelah pelantikan untuk mengumumkan kabinetnya,” kata dia. 

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu
Nebby

Ahok: UMP 2015 Tak Bisa Naik Tinggi karena Inflasi Rendah

Jakarta, Aktual.co —Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menolak permintaan buruh untuk menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI tahun 2015 sebesar 30 persen. 
Saat menemui perwakilan buruh dari Forum Buruh DKI Jakarta (FBDKI) dan Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman, Ahok mengatakan UMP tidak bisa dinaikkan begitu saja.
Karena harus disesuaikan dengan tingkat Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Sedangkan angka KHL tiap tahun tidak bisa disamakan karena tergantung pada proyeksi inflasi. “Tadi kita diskusi saja. Dia langsung minta UMP naik 30persen, saya bilang gak bisa. Dasarnya apa? Kalau dibilang dulu bisa sampai 43persen itu kan karena soal KHL,” ujarnya, di Balaikota Jakarta, Selasa (21/10).
Setelah dilakukan survey, ujar Ahok, kemudian diketahui bahwa tingkat inflasi tahun ini rendah. Sehingga KHL dan UMP tidak akan naik secara signifikan di tahun depan.
“Kita mesti adil, gak bisa survey KHL tahun ini disamakan untuk UMP tahun depan. Kenaikan pasti kecil karena KHL-nya rendah. Hasil survey kita itu menunjukkan inflasi rendah. Nanti inflasi harus terus kita tekan di Jakarta,” tambahnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Darmin Tak Layak Jadi Calon Menteri, Apalagi Jadi Menteri

Jakarta, Aktual.co — Masuknya nama bekas Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution sebagai calon menteri di kabinet pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menuai kritik.
Bahkan, menurut Direktur Investigasi dan Advokasi  Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Ucok Sky Khadafi, Darmin yang juga bekas Direktur Jenderal Pajak di Kementerian Keuangan itu tak layak menjadi menteri.
“Jangankan menteri, jadi calon menteri saja Darmi tidak layak,” kata Uchok saat dihubungi, Selasa (21/10).
Pernyataan Uchok soal sosok Darmin bukan tanpa alasan. Menurutnya, seseorang yang pernah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi, baik itu sebagai saksi atau apapun, berarti memiliki hubungan dengan kasus yang tengah ditangani KPK.
“Kalau KPK sudah memeriksa pejabat negara, berarti orang itu memiliki informasi atau dokumen terkait kasus yang ditangani KPK,” kata Uchok
Seperti diketahui, pada hari Senin 11 Agustus 2014, Darmin Nasution diperiksa KPK terkait penyidikan dugaan korupsi dalam penerimaan keberatan pajak PT Bank Central Asia.
Darmin sendiri diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Hadi Poernomo. Pemanggilan Darmin untuk menelisik soal peran Dirjen Pajak dalam penanganan keberatan wajib pajak.
Sebab, Darmin merupakan Dirjen Pajak yang menggantikan Hadi Poernomo pada 2005 lalu.

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain