25 Desember 2025
Beranda blog Halaman 42499

Bakso Malang Gratis Ludes Diserbu Warga di Pawai Jokowi

Jakarta, Aktual.co — Pesta rakyat yang digelar sepanjang Jalan Sudirman dan Bundaran Hotel Indonesia (HI) dimeriahkan oleh para pedagang makanan yang menyajikan makanan gratis untuk warga. 
Agus (27) seorang pedagang bakso malang yang ikut berpartisipasi mengaku sudah 150 mangkok ludes dilahap warga yang menghadiri gelaran tersebut.
“150 mangkok ludes, sampai-sampai banyak yang tidak kebagian,” tuturnya saat ditemui Aktual.co di lokasi, Jakarta, Senin (20/10).
Dia mengaku senang bisa terlibat di acara ini, karena bisa berbagi dengan masyarakat yang bergabung untuk menyambut pelantikan Joko Widodo – Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wapres RI. 
“Sangat senang bisa berbagi dengan warga yang menyambut pak jokowi, ada sekitar 40 gerobak bakso Malang yang Diberikan gratis untuk warga Jakarta yang menghadiri pesta rakyat ini,” kata Agus.
Dituturkan Agus, sehari-harinya dia berdagang di Kawasan Telug Gong Jakarta Utara dengan penghasilan 250 hingga 300 ribu perhari. 
“Biasanya kita setoran sama bos 300ribu rupiah pergerobak. Hari ini bos semua yang modalin, dan kita dikasih 150 ribu per orang untuk melayani warga Jakarta untuk makan bakso gratis,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Rusia Harap Segera Ada Pertemuan Jokowi-Putin

Jakarta, Aktual.co — Utusan Khusus Federasi Rusia Denis Manturov yang hadir di acara pelantikan Presiden Joko Widodo berharap segera ada pertemuan bilateral antara Presiden Vladimir Putin, dengan Presiden Joko Widodo untuk membahas hubungan bilateral Rusia-Indonesia.
“Kami sangat berharap dalam waktu dekat akan diadakan pertemuan antara Presiden Indonesia Joko Widodo dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, karena kedua pemimpin negara itu akan mendapat kesempatan untuk membahas berbagai isu kerja sama bilateral di berbagai bidang,” kata Manturov di Balai Sidang Paripurna MPR, Jakarta, Senin (20/10).
Terkait pesan khusus yang dikirimkan Presiden Putin kepada Presiden Jokowi, Manturov mengatakan Kepala Negara Rusia tersebut mengirimkan ucapan selamat dan harapan-harapan bagi hubungan bilateral ke depan.
“Saya sudah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo pesan dari Presiden Putin, yakni ucapan selamat dan harapan-harapan untuk tahun-tahun ke depan,” kata dia.
Manturov juga mengapresiasi sidang paripurna pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI yang berjalan lancar.
“Inagurasi merupakan acara yang luar biasa, suatu kehormatan bagi kami untuk dapat menghadiri pelantikan Presiden RI,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Jokowi: Ingat Ajaran Bung Karno, Jiwa Cakrawarti Samudera

Jakarta, Aktual.co — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh rakyat sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu hal yang pernah disampaikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno. Pelajaran itu adalah, untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai, kita harus memiliki jiwa cakrawarti samudera.
“Indonesia harus memiliki jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan hempasan ombak yang menggulung,” kata Jokowi dalam pidato pasca pelantikan di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (20/10).
Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, Jokowi mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas kapal Republik Indonesia dan berlayar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri. 
“Saya akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan Konstitusi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui upaya kita bersama,” demikian Jokowi.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang

Nissan Keluarkan Varian Terbaru yang “Sporty”

Jakarta, Aktual.co — Salah satu varian dari pabrikan mobil bermerek Nissan, Nissan March, belum lama ini menjadi buah perbincangan bagi kalangan pecinta otomotif di Kanada. Pasalnya, Nissan mengeluarkan model terbaru yang mengusung konsep desain dan mesin ‘sporty’ dari Nissan March.

Seperti dikutip dari Carscoopp.com, Senin (20/10), model terbaru Missan March alias Nissan Micra, di kompetisinya melalui sebuah kontes adu cepat yang bertajuk ‘Nissan Micra Cup 2015’ dan akan berlangsung di Kanada.

Bukan hanya itu, selain muncul sebagai seri khusus dan langka, varian terbaru nissan ini digembar-gemborkan sebagai model balap Nissan dengan harga paling ‘miring’ di dataran Kanada.

Dengan melalui pemesanan khusus, Nissan Mirca membuat para pemintanya tidak perluang merogoh kocek dalam-dalam. Cukup dengan USD17.807, atau setara dengan Rp215 jutaan, anda bisa mendapatkan varian mobil terbaru itu. Namun sayangnya, pasar Indonesia belum masuk sebagai daftar yang bakal di jajaki oleh Nissan Micra.

Beberapa aspek ‘sporty’ yang melekat di tubuh Nissan Micra ialah Nismo S-Tune suspension, racing seat, 5-point harness, new modified exhaust, high performance brake pads, safety cage dan sejumlah aspek pendongkrak kecepatan lainnya.

Di segi pemacu performa, ia tetap mengandalkan jantung pacu standar yakni DOHC 4-Silinder 1.6 liter yang memberikan suntikan tenaga maksimal sebesar 109 hp.

Artikel ini ditulis oleh:

Polisi Tambah Pasukan di Monas

Jakarta, Aktual.co — Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menambah jumlah personel pengamanan pada kegiatan “Pesta Rakyat” di Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat.
“Kami pertebal dari anggota yang sebelumnya berjaga di Gedung DPR-MPR RI,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Jakarta, Senin (20/10).
Rikwanto menyebutkan bahwa awalnya Polda Metro Jaya mengerahkan 1.900 personel guna mengamankan acara panggung hiburan menyambut syukuran pelantikan Presiden – Wakil Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla (Jokowi – JK) itu.
Rikwanto mengimbau kepada masyarakat yang mengunjungi pesta rakyat itu untuk menjaga ketertiban, keamanan dan barang bawaan ke lokasi acara.
Menurut Rikwanto, sejauh ini acara pertunjukan panggung hiburan itu dalam situasi kondusif pasca pelantikan Jokowi – JK.
Sebelumnya, relawan Jokowi – JK menggelar acara pesta rakyat dengan menghadirkan pertunjukan kirab budaya dan pertunjukan musik dari sejumlah artis.
Berdasarkan rencana acara dimulai sejak pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB bertempat di Monas.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby

Jokowi, Internasionalisme dan Oligarki

Dalam sebuah kolom khusus di New York Times (November 2011), Paul Krugman pernah menyoal bahwa Amerika bukan lagi sebagai negara demokrasi. Namun negara oligarki.

Penerima Nobel di bidang Ilmu Ekonomi itu menuliskannya dalam sebuah tajuk berjudul “Oligarchy, American Style” yang sarat sindirian. Dia menulis: “Anyone who has tracked this issue over time knows what I mean. Whenever growing income disparities threaten to come into focus, a reliable set of defenders tries to bring back the blur. Think tanks put out reports claiming that inequality isn’t really rising, or that it doesn’t matter. Pundits try to put a more benign face on the phenomenon, claiming that it’s not really the wealthy few versus the rest, it’s the educated versus the less educated”.

“So what you need to know is that all of these claims are basically attempts to obscure the stark reality: We have a society in which money is increasingly concentrated in the hands of a few people, and in which that concentration of income and wealth threatens to make us a democracy in name only”.

Analisis ekonom penting New Keynesian ini selalu mendapat counter. Mungkin karena dianggap risetnya tidak terlalu dalam. Mungkin juga itu hanya sebatas kesimpulan sementara dari beberapa fakta ekonomi kuantitatif yang dia peroleh. Atau, pernyataannya, secara politis, sudah mengganggu kepentingan kelompok tertentu.

Namun, jauh sebelumnya, Jeffrey A. Winters (2009) sebenarnya sudah memulai riset soal oligarki di AS. Associate Proffesor di Political Science, Northwestern University ini bersama rekannya Benjamin I. Page, seorang professor di Gordon Scott Fulcher of Decision Making, Northwestern University sempat memublikasikan risetnya yang berjudul “Oligarchy in the United States” di Cambridge Journals.

Mereka meriset data distribusi pendapatan dan kekayaan di AS. Hasilnya, hampir mirip dengan hipotesa Krugman, bahwa segelintir orang kaya di AS ternyata memiliki pengaruh kuat terhadap kebijakan ekonomi dan politik di AS: “A brief review of the literature suggests possible mechanisms by which such influence could occur, through lobbying, the electoral process, opinion shaping, and the US Constitution itself”.

Yang mengejutkan, pada April 2014 lalu, muncul sebuah penelitian yang cukup signifikan membenarkan dan memperkuat pendapat Krugman dan Winters. Boleh dikatakan, riset ini adalah riset pertama, cukup komprehensif dan sangat penting dalam sejarah yang mengatakan bahwa AS bukan ‘Raja’ sistem demokrasi. Mungkin bisa dikatakan AS adalah rajanya sistem oligarki.

Judul riset itu cukup  panjang,”Testing Theories of American Politics: Elites, Interest Groups, and Average Citizens”. Riset yang dilakukan Martin Gilens, seorang Professor Politics di Princeton University dan Benjamin I. Page (rekan Jeffrey A. Winters) ini dimuat dalam jurnal akademik “Perspectives on Politics” (2014).

Pertanyaan awal riset mereka cukup sederhana: Siapa sebenarnya yang memerintah dan menjalankan negara Amerika Serikat?

Lalu, dengan menggunakan teori Majoritarian Electoral Democracy; teori Economic Elite Domination; teori Majoritarian Pluralism; dan teori Biased Pluralism mereka berusaha menjawab pertanyaan ini: Siapa aktor penting yang paling berpengaruh dalam menentukan kebijakan publik di AS? Apakah rakyat AS, elit ekonomi, atau organisasi/kelompok kepentingan (massa dan bisnis)?

Mereka kemudian menguji 1,779 kebijakan publik yang ada di AS. Ini jumlah yang cukup besar dalam sejarah untuk studi uji kebijakan publik. Salah satu kesimpulannya, ada yang salah dengan demokrasi di AS. “…our analyses suggest that majorities of the American public actually have little influence over the policies our government adopts. Americans do enjoy many features central to democratic governance, such as regular elections, freedom of speech and association, and a widespread (if still contested) franchise. But we believe that if policymaking is dominated by powerful business organizations and a small number of affluent Americans, then America’s claims to being a democratic society are seriously threatened”.

Ini salah satu riset penting yang membuktikan bahwa (secara ilmiah bukan sekadar pernyataan politik.red), sistem demokrasi di Amerika Serikat sudah berubah menjadi sistem oligarki.  

Lalu, apa arti penting riset itu bagi perkembangan demokrasi global dan Indonesia khususnya?  

Pertama, bahwa AS bukan lagi contoh penting bagi negara lain dalam tata cara berdemokrasi. Mungkin, bisa dikatakan, AS adalah contoh negara ologarkis paling canggih yang pernah ada sampai saat ini.

Kedua, semua bentuk tekanan dibalik kerjasama ekonomi, politik dan militer yang dilakukan AS ke banyak negara dengan mengatasnamakan demokrasi perlu dikajiulang. Karena keputusan-keputusan tersebut bukan atas nama kepentingan rakyat AS tapi atas nama kepentingan oligarki (kepentingan kelompok bisnis dan klik kelompok elite politik) tertentu.

Setidaknya, catatan-catatan itu bisa dijadikan refleksi untuk melihat hakikat hubungan kerjasama internasional yang sudah dilakukan Indonesia saat ini.

Ini juga bisa jadi catatan penting buat rezim Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam menyikapi tekanan geopolitik dari negara-negara kuat saat ini. Bahwa tidak semua bentuk kerjasama antar negara itu selalu berakhir dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat dan kedaulatan negara bangsa ini. Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah banyak kerjasama antar negara berakhir pada keuntungan segelintir perusahaan dan kelompok elit tertentu.

Dengan visi politik internasional yang bebas dan aktif  yang tanpa mengorbankan kesejahteraan rakyat dan kedaulatan negara bangsa ini, Bung karno sebenarnya telah meletakkan konsep kerakyatannya dalam visi internasionalismenya. Bukan visi dan konsep yang oligarkis.

Bagaimana Jokowi-JK? Mari kita lihat kepemimpinan mereka. Apakah benar arah kebijakan yang mereka buat akan membela rakyat (sistem demokrasi kerakyatan) atau justru membela dan terjebak oleh kepentingan yang oligarkis (sistem oligarki).

Kita harus terus menerus untuk mengingatkan soal ini kepada seluruh pemimpin, tokoh dan pemegang amanah kekuasaan yang ada di negeri ini. 

Artikel ini ditulis oleh:

Berita Lain