Gedung Bursa Efek Tel Aviv yang hancur digempur rudal Iran – foto X

Jakarta, aktual.com — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat Israel sebagai negara dengan jumlah pelanggaran berat terhadap anak-anak tertinggi dalam konflik bersenjata. Berdasarkan laporan tahunan tentang Anak-anak dalam Konflik Bersenjata yang dirilis pada Kamis (19/7/2025) dan dikutip dari Palestine Chronicle, lebih dari 8.000 pelanggaran diverifikasi oleh badan dunia tersebut.

“Jumlah pelanggaran berat tertinggi diverifikasi di Israel dan Wilayah Palestina yang Diduduki (8.554),” tulis laporan tersebut.

PBB merinci bahwa pelanggaran tersebut berdampak pada 2.959 anak, terdiri atas 1.925 laki-laki dan 1.034 perempuan. Di antaranya, terdapat 15 anak Israel dan 2.944 anak Palestina, dengan sebaran pelanggaran yang terjadi di Israel (10 pelanggaran) dan di Wilayah Palestina yang Diduduki (8.544 pelanggaran), yakni di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur (3.688) serta Jalur Gaza (4.856).

Sebanyak 2.789 pelanggaran berat yang terjadi selama tahun 2023—sebagian besar di Jalur Gaza—telah diverifikasi. PBB juga mencatat laporan pembunuhan 4.470 anak di Jalur Gaza pada tahun 2024 yang saat ini masih dalam proses verifikasi.

Israel kembali masuk dalam daftar laporan tersebut untuk tahun kedua berturut-turut, bersama negara-negara lain seperti Republik Demokratik Kongo, Somalia, Nigeria, dan Haiti, yang juga tercatat memiliki tingkat pelanggaran tinggi terhadap anak.

Selama periode Januari hingga Desember 2024, laporan PBB menyebutkan bahwa kekerasan terhadap anak-anak dalam konflik meningkat tajam. PBB menyatakan, terjadi kenaikan hingga 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sebuah lonjakan yang dinilai mengejutkan.

Secara keseluruhan, terdapat 41.370 pelanggaran berat yang mempengaruhi 22.495 anak pada tahun 2024. “Sementara kelompok bersenjata non-negara bertanggung jawab atas hampir 50 persen pelanggaran berat, pasukan pemerintah adalah pelaku utama pembunuhan dan mutilasi anak-anak, serangan terhadap sekolah dan rumah sakit, dan penolakan akses kemanusiaan,” ujar laporan tersebut.

Jenis pelanggaran yang paling banyak diverifikasi meliputi pembunuhan (4.676 kasus) dan mutilasi (7.291 kasus) terhadap 11.967 anak, penolakan akses kemanusiaan (7.906 insiden), perekrutan dan penggunaan anak-anak (7.402 kasus), serta penculikan anak-anak (4.573 kasus).

Di wilayah Israel, Gaza, dan Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur, tercatat 7.188 pelanggaran berat dilakukan oleh pasukan bersenjata dan keamanan Israel, serta 42 pelanggaran oleh pemukim ilegal Israel.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyampaikan keprihatinannya terhadap tingkat kekerasan yang tinggi terhadap anak-anak di kawasan tersebut. “Perserikatan Bangsa-Bangsa memverifikasi 8.554 pelanggaran berat terhadap 2.959 anak-anak (1.925 laki-laki, 1.034 perempuan; anak-anak Israel (15), anak-anak Palestina (2.944)) di Israel (10); dan di Wilayah Palestina yang Diduduki (8.544) (Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur (3.688); dan di Jalur Gaza (4.856)),” sebutnya.

Ia juga menyatakan, “Saya terkejut dengan intensitas pelanggaran berat terhadap anak-anak di Wilayah Palestina yang Diduduki dan Israel,” sambil menyoroti penggunaan senjata peledak di daerah berpenduduk. Ia menambahkan, “Saya sangat prihatin dengan peningkatan signifikan dalam pelanggaran berat di Gaza dan sangat khawatir dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.”

Laporan PBB turut mengungkap penggunaan anak-anak sebagai tameng manusia. “PBB memverifikasi penggunaan 27 anak laki-laki Palestina oleh pasukan bersenjata dan keamanan Israel sebagai perisai manusia selama operasi di Tepi Barat dan di Gaza,” demikian bunyi laporan.

Selain itu, tercatat 951 anak Palestina (940 laki-laki dan 11 perempuan) ditahan oleh pasukan Israel atas dugaan pelanggaran keamanan. Dari jumlah tersebut, 112 anak berada dalam status penahanan administratif tanpa dakwaan atau pengadilan, hingga akhir tahun 2024.

PBB juga memverifikasi pembunuhan 97 anak Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, serta 1.259 anak di Jalur Gaza. “Lebih lanjut, pembunuhan 1.637 anak (794 laki-laki, 843 perempuan) antara Oktober dan Desember 2023 telah diverifikasi,” ujar laporan itu. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh penggunaan senjata peledak di daerah berpenduduk.

Jumlah anak-anak yang mengalami disabilitas akibat kekerasan pun meningkat. PBB mencatat 1.561 anak Palestina menjadi cacat, dengan 620 kasus di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur, dan 941 di Gaza. “PBB memverifikasi bahwa cedera yang disebabkan oleh pasukan bersenjata dan keamanan Israel (1.507), pemukim Israel (35), pelaku yang tidak dikenal (15) (termasuk akibat persenjataan yang tidak meledak (3), tembakan serentak oleh pasukan bersenjata dan keamanan Israel dan pemukim Israel (4)) dan Pasukan Keamanan Otoritas Palestina,” tulis laporan tersebut.

Di Tepi Barat, sebagian besar kecacatan anak disebabkan oleh amunisi aktif (313 kasus), gas air mata (168), peluru karet (20), dan serangan udara (10). Sedangkan di Gaza, sebagian besar kasus kecacatan anak dikaitkan dengan tindakan militer Israel.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain