Sebaliknya jika kita bisa mensikapi kesalahan yang kita perbuat dengan benar, maka kesalahan tersebut bisa menyebabkan kebahagiaan. Seperti apa yang dilakukan oleh nabi Adam AS. Disebutkan dalam Alqur an surah al A’rof ayat 23, yaitu :
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ
Artinya: “Keduanya berkata “ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi“( Q.S. Ala’rof, ayat 23)
Ayat diatas menceritakan bahwa nabi Adam AS begitu sedih dan menyesal serta mengakui kesalahanya, dan kemudian dari pengakuan nabi Adam AS tersebut, akhirnya Allah berkenan memberikan ampunan-Nya.
Dan juga dari hadist yang diriwayatkan dari Abdulloh bin mas’ud RA rasululloh SAW bersabda:
من أخطآ خطيئة ثم ندم فهو كفارته ( رواه البيهاقى )
Artinya: ”Barangsiapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian menyesali perbuatan itu, maka penyesalan itulah tebusanya” (HR. Baihaqi)
Sebagai seseorang yang berakal, tentu kita harus bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang kita perbuat, dan kemudian memperbaikinya agar kehidupan kita menjadi lebih baik, dan jangan sampai kesalahan kesalahan yang kita lakukan, membuat kita semakin celaka.
Laporan: Syafiq Eljontrowi
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid