Apa yang Terjadi dengan Rupiah?
Terkait lemahnya kurs rupiah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan tak tinggal diam. Menurutnya, secara global, recovery pertumbuhan ekonomi dunia yang berjalan baik dalam satu tahun terakhir sedang terancam oleh trade war Donald Trump dengan Tiongkok, Uni Eropa, Meksiko dan Kanada. Selain perang dagang Trump, krisis di beberapa negara berkembang juga memiliki pengaruh terhadap pelemahan Rupiah seperti Turki, Argentina, Afrika Selatan (15.8%), Rusia (15.5%), India (9.9%), Chili (9.3%), Philipina (6.7%), dan Indonesia (7.8%).

“Hal inilah yang menjadi salah satu karakteristik negara-negara berkembang, di mana investor internasional menganggap mereka berada dalam satu keranjang yang sama. Jika ada satu dua yang bermasalah, para investor ini cenderung mengambil langkah berjaga-jaga dengan menarik investasi mereka dari seluruh negara berkembang. Akibatnya kurs mata uang akan terdepresiasi bersama-sama,” jelas Luhut.

Untuk menghadapi kondisi global pemerintah akan menuntaskan PR yang belum terselesaikan selama puluhan tahun, yaitu defisit neraca pembayaran atau impor barang dan jasa yang lebih besar dibandingkan ekspor. Selama ini, Indonesia harus mengimpor bahan baku dan barang modal lebih banyak setiap kali pertumbuhan ekonomi meningkat. Belum lagi pertumbuhan kelas menengah yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir telah memicu peningkatan impor barang-barang konsumsi mewah.

“Impor kita tumbuh kencang, mencapai 24% pada periode Januari-Juli 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara ekspor, hanya tumbuh sekitar 11.35%. Akibatnya defisit neraca pembayaran kita akan mencapai USD 25 milyar pada tahun ini, dibandingkan USD 17.5 milyar di 2017,” jelasnya.

(Baca: RAPBN 2019 Andil Dorong pelemahan Rupiah?)

Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah sebagai solusi adalah pertama, mengurangi impor. Contohnya mengganti penggunaan crude oil dengan biodiesel sebagai bahan bakar. Kedua, Optimalisasi TKDN atau local content. Penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bisa menghemat devisa hingga USD2-3 milyar. Ketiga, Perbaikan pariwisata. Sektor ini merupakan salah satu penghasil devisa yang cukup besar dan menciptakan tenaga kerja secara cepat. Tahun ini, per Juli 2018, jumlah turis asing yg masuk ke Indonesia mencapai 9 juta orang, naik 13 persen jika dibandingkan sebelumnya.

Next Page, Kemenkeu Ambil Gerak Cepat, PPh Impor Dinaikkan

Artikel ini ditulis oleh:

Eka