Merasa dimasukan dalam kondisi yag tidak menguntungkan dengan sejumlah konsep yang dilayangkan kubu tim sukses Prabowo-Sandi ke publik mengenai konsep model debat, membuat kubu tim sukses Jokowi-Ma’ruf merasa disudutkan.
Dari soal usulan kubu Prabowo-Sandi yang meminta agar KPU RI memperpanjang waktu forum debat dari total selama 60 menit, dengan tujuan agar debat tidak terasa terburu-buru dan visi misi para Paslon dapat diterima dengan baik.
Bak gayung bersambut, usulan yang dilontarkan kubu tim sukses Prabowo Sandi agar waktu pemaparan dan debat kandidat Capres Cawapres untuk diperpanjang dari tiga menit menjadi 1 jam justru didukung tim sukses Jokowi-Ma’ruf.
Direktur Program Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Aria Bima misalnya. Ia justru meragukan kemampuan Prabowo-Sandiaga jika harus berdebat dalam waktu lama.
“Kenapa enggak dua jam sekalian gitu loh, kenapa gak empat jam sekalian? Saya kira itu ide yang perlu kita cermati karena alasannya cukup masuk akal. Bagaimana paparan visi-misi, program dan kegiatan itu harus dipaparkan,” usul Bima, di Posko Pemenangan Jokowi-Ma’ruf, Jakarta, Jumat (14/9).
Bima mengkalim, waktu debat singkat memang tak akan cukup bagi Jokowi-Ma’ruf. Alasannya, Jokowi butuh waktu banyak memaparkan keberhasilan pembangunan dan visi bagi negara ini.
“Saya malah ragu dari calon sebelah mau apa yang dipaparkan. Karena kami dari visi bahkan ideologi, kebijakan, program, kegiatan lengkap. Tapi silakan saja KPU mengatur,” kata Bima.
Tidak hanya PDIP, PPP melalui sekertaris jenderal (Sekjen) Arsul Sani juga senada dengan apa yang disampaikan sekutu politiknya tersebut. Ia mengatakan KPU perlu mempertimbangkan perpanjangan durasi debat kandidat agar berbagai program Capres-Cawapres dapat terelaborasi dengan baik.
“Ditingkatkan kualitasnya, misal kayak tadi waktu debatnya diperpanjang, itu sih kita oke saja,” kata Arsul saat ditemui di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta, Jumat (14/9).
Bahkan, Arsul pun mengatakan tak hanya durasi yang diperpanjang, namun kuantitas acara debat kandidat capres dan cawapres perlu diperbanyak.
Hal itu bertujuan agar masyarakat dapat menilai dengan objektif perbandingan visi, misi dan program kandidat di Pilpres 2019. “Atau bisa diperbanyak, bahkan itu saya kira akan lebih baik,” kata dia.
Tidak hanya soal durasi debat yang diperpanjang, ‘serangan’ kubu tim sukses Jokowi-Ma’ruf juga meladeni soal konsep debat dimana ada sesi menggunakan bahasa Inggris. Wacana itu pun langsung membuat petahana naik pitam. Bahkan , mmeinta agar KPU juga memasukan sesi dengan bahasa arab hingga membaca ayat suci Al Qur’an.
Wasekjen DPP PPP yang juga anggota tim kampanye nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf , Indra Hakim Hasibuan mendukung terkait adanta usulan dengan menggunakan bahasa asing. “Kami sangat dukung. Bahkan, sebaiknya juga debat berbahasa Arab dan tes baca Al Qur’an perlu juga dilakukan,” kata Indra, di Jakarta, Jumat (14/9).
Menurut dia, debat dalam bahasa Arab penting mengingat bahasa Arab juga menjadi salah satu bahasa Internasional dan mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam. “Maka bisa sejalan,”sebut dia.
Masih dikatakan dia, agar jalan debatnya fair dan objektif, sambung Indra, panelisnya bisa dari perwakilan ulama terkemuka atau bila perlu syeikh dari Arab Saudi maupun Mesir. Kami juga berharap dalam materi debat juga menyampaikan program yang konkrit bukan hanya sekedar wacana saja,” tantangnnya.
Di sisi lain, seakan ingin mengademkan situasi yang kian memamas antar dua kubu. Terlihat, dari statement yang disampaikan lebih mengutamakan agar kondisi Pilpres lebih kondusif.
Calon Presiden Prabowo, misalnya. Ia mengatakan debat Capres-Cawapres tidak perlu menggunakan bahasa Inggris. Dia menyatakan debat dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia saja.
“Saya kira nggak perlulah,” kata Prabowo di kediamannya, Jl Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/9/2018).
“Bahasa Indonesia aja, bahasa kebangsaan,” sambungnya.
Selain itu, bakal Cawapres pendamping Prabowo, Sandiaga Uno punya pendapat yang sama. Menurutnya, tak perlu debat dalam bahasa Inggris karena tidak semua orang Indonesia mengerti.
“Saya rasa nggak perlu ya. Ini pendapat pribadi saya, bahwa bahasa kita adalah bahasa Indonesia. Bahasa yang dimengerti 100 persen oleh orang Indonesia. Bahasa Inggris ya ada yang mengerti, tapi kita karena ingin menjangkau seluruh rakyat Indonesia,” ujar Sandi, di Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/9).
Jokowi turut merespon soal usulan debat menggunakan bahasa Inggris tersebut. Dia bicara soal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
“Kita ini kan bangsa Indonesia. Kita ini bangsa Indonesia, kita punya bahasa nasional bahasa Indonesia,” kata Jokowi usai memberikan pengarahan di Rakornas IV Relawan Pro Jokowi (Projo) di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Minggu (16/9).
Jokowi pun enggan menanggapi lebih jauh soal usulan dan tantangan itu. Dia hanya tersenyum ketika kembali ditanya soal usulan itu.
Sedangkan bakal Cawapres pendamping Jokowi, Ma’ruf Amin mengingatkan untuk tidak mengada-ada dalam memberikan usulan. Dia menyatakan sebaiknya debat menggunakan bahasa Indonesia, sebab bisa saja ada usulan debat capres-cawapres dengan bahasa lain jika usulan debat dengan bahasa Inggris disetujui.
“Menurut saya jangan mengada-ada,” kata Ma’ruf Amin di Rumah Kiai Ma’ruf Ami (KMA), Jl Saharjo, Jakarta Selatan, Minggu (16/9).
“Nanti ada yang minta bahasa Arab, bahasa apalagi,” sambungnya.
Polemik ‘Debat’ Lahirkan Bullying
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang